Qualitative Research Design An Interactive Approach

(Penelitian Kualitatif Merancang Pendekatan Interaktif)
KARYA JOSEPH A. MAXWELL

Chapter I: Model Untuk Desain Penelitian Kualitatif
            Model interaktif memang memiliki struktur yang pasti. Namun, itu adalah struktur yang saling berhubungan dan fleksibel. Buku ini mengidentifikasi komponen-komponen utama dalam desain dan hubungan di antara komponen-komponen ini dan menyajikan strategi untuk menciptakan hubungan yang koheren dan dapat diterapkan di antara komponen-komponen ini. Model interaktif tidak mengabaikan pentingnya desain tetapi memperkuatnya. Desain penelitian seperti filsafat kehidupan, tidak ada yang tanpa filsafat, tetapi beberapa orang lebih sadar akan hal itu, dan dengan demikian mampu membuat keputusan yang lebih terinformasi dan konsisten.
            Desain dalam penelitian kualitatif adalah proses interaktif yang melibatkan "tacking" bolak-balik antara berbagai komponen desain, menilai implikasi tujuan, teori, model interaktif lebih kompatibel dengan definisi desain sebagai susunan elemen yang mengatur fungsi dari sebuah studi dibandingkan dengan desain sebagai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya untuk melakukan penelitian atau sebagai urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian itu. Joseph A. Maxwell menawarkan lima komponen penting dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1.      Purposes (Tujuan) : Pada komponen ini peneliti mendeskripsikan apa yang menjadi pokok tujuan (ultimate goals) dalam suatu kajian/penelitian, masalah apa dan praktek/penerapan yang dapat mempengaruhi, mengapa peneliti ingin melakukannya, dan mengapa kita harus memikirkan hasilnya (result), dan mengapa studi ini layak/bernilai (worth) untuk dilakukan?
2.      Conceptual Context : pada komponen ini peneliti harus memikirkan apa yang sedang terjadi pada fenomena yang peneliti rencanakan untuk diteliti?, dengan teori apa, penemuan apa (findings),dan konsep kerangka yang berhubungan dengan fenomena yang akan menuntun atau menerangkan dalam penelitian, dan literatur apa yang digunakan, preliminary research, dan pengalaman diri sendiri yang akan peneliti salurkan dalam penelitian. Komponen desain ini berisi teori yang sudah peneliti punya atau pengembangan tentang setting atau masalah yang sedang dikaji. Terdapat empat sumber pokok dalam teori ini, yaitu your own experience, existing theory and research, hasil penelitian perintis terdahulu, atau preliminary research yang sudah kamu lakukan, dan thought experiment (eksperimen pemikiran).
3.      Research Questions : secara spesifik, apa yang ingin peneliti pahami tentang penelitian yang dilakukan? Apa yang tidak peneliti ketahui tentang suatu fenomena yang ingin diteliti tetapi tidak pelajari? Pertanyaan apa yang ingin peneliti coba jawab, dan bagaimana pertanyaan ini tehubung satu dengan yang lainnya?
4.      Methods : apa yang benar-benar ingin peneliti lakukan dalam suatu penelitian ?, pendekatan apa dan teknik apa yang ingin peneliti kumpulkan dan analisis data?, bagaimana menggabungkan dan membenarkan strategi? Komponen ini termasuk dalam empat bagian pokok: hubungan penelitian dengan orang yang ingin peneliti pelajari, pilihan situs dan keputusan pengambilan sampel (sampling decision), metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang akan digunakan.
5.      Validity :  bagaimana peneliti bisa salah ? alternatif apa yang masuk akal/dapat diterima dalam menjelaskan dan validitas ancaman terhadap kesimpulan potensial dalam penelitian, bagaimana peneliti akan (deal) sepakat dengan ini?, bagaimana peneliti mendapatkan data yang peneliti miliki, atau peneliti bisa mengumpulkan, bagaimana mendukung atau menantang ide kamu tentang apa yang sedang terjadi?, kenapa kita harus percaya dengan hasil penelitian kamu?
            Menurut Joseph, pertanyaan penelitian harus mempunyai hubungan yang jelas dengan tujuan dalam penelitian kamu dan harus diinformasikan dari apa yang sudah kamu ketahui tentang fenomena yang kamu teliti dan teori apa yang  bisa dimasukkan dalam fenomena. Lagi pula, tujuan dari penelitian harus diinformasikan dengan teori saat ini dan ilmu pengetahuan,  sedangkan pilihan teori yang relevan tergantung dalam tujuan dan pertanyaan.

            Selain lima komponen diatas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi model penelitian, yaitu:
·         Research abilities (kemampuan penelitian)
·         Perceived problems (masalah persepsi)
·         Ethical standards (standar etik)
·         The research setting (pengaturan penelitian)
·         The Data you collect (data yang dikumpulkan)
            Menurut Joseph beberapa faktor tersebut bukan bagian dari design of study, tapi digunakan dalam lingkungan penelitian dimana desainnya (exist) ada atau merupakan produk dari penelitian.

Chapter II: Tujuan (Why Are You Doing This Study?)
            Tanpa maksud yang jelas dari “tujuan” dalam melakukan penelitian, hal tersebut dapat membuat peneliti cenderung tersesat atau membuang waktu dan usaha tidak akan memberi kontribusi dalam melakukan penelitian.
            Jadi, purpose (tujuan) penelitian merupakan bagian penting dari penelitian. Joseph mengatakan dalam bukunya bahwa ia menggunakan purpose dalam arti yang luas untuk memasukkan motive, desire dan goal (target), yang semua itu akan menuntun peneliti dalam melakukan penelitian yang di harap akan menyelesaikannya. Tujuan ini menyajikan dua fungsi penting. Pertama, sesuatu yang memandu keputusan untuk memastikan bahwa penelitian kita berguna/bernilai, dan peneliti mendapatkan apa yang peneliti mau. Kedua, sesuatu yang sangat penting untuk membenarkan penelitian kita, hal tersebut adalah kunci dalam proposal.
            Ada tiga jenis purpose (tujuan) yang berbeda dalam melakukan penelitian, yaitu:
·         Personal purpose (tujuan pribadi) : sesuatu yang memotivasi kamu dalam penelitian, mereka juga termasuk dalam a political passion untuk mengubah beberapa situasi yang ada, rasa ingin tau tentang suatu fenomena atau peristiwa tertentu, keinginan (desire) untuk mengikutsertakan tipe tertentu dalam penelitian atau sederhana nya untuk melanjutkan karir anda.
·         Practical Purpose : fokus pada menyelesaikan sesuatu, memenuhi beberapa kebutuhan, mengubah situasi, mencapai beberapa target.
·         Research Purpose : fokus pada memahami sesuatu, menambah beberapa wawasan ke dalam apa yang sedang terjadi dan kenapa hal itu bisa terjadi.

Kekuatan Penelitian Kualitatif
            Qualitative research memiliki kekuatan yang berbeda, logika dan hal itu sering kali digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan tujuan. Qualitative research berasal dari pendekatan induktif, hal tersebut fokus pada situasi tertentu atau orang, dan penekanan pada kata-kata dari pada nomor.
            Ada lima tujuan penelitian (research purpose) yang cocok untuk penelitian kualitatif :
1.      Understanding the meaning, Joseph menggunakan kata “meaning” dalam artian yang luas yang termasuk dalam apa yang sering disebut/digunakan peneliti kualitatif sebagai “participants” pespective.
2.      Understanding the particular context,memahami konteks tertentu dimana para peserta mengambil tindakan, dan pengaruh konteks ini terhadap tindakan mereka.
3.       Mengidentifikasi fenomena dan pengaruh yang tidak terduga dan menghasilkan teori-teori baru. Penelitian kualitaif telah lama digunakan untuk tujuan ini yang mana para peneliti melakukan survei dan experiment, dimana para peneliti sering melakukan studi kualitatif untuk membantu mereka dalam merancang kuesioner dan mengidentifikasi variabel untuk penelitian experiment. 
4.      Memahami proses terjadinya suatu peristiwa dan tindakan (actions) tertentu.
5.      Mengembangkan penjelasan sebab akibat.

Chapter III: Konteks Konseptual (What do you think is going on?)
            Konteks konseptual dalam penelitian atau dapat disebut dengan the system of concept, assumptions, expectations, beliefs dan theories yang menerangkan penelitianmu hal tersebut merupakan bagian penting dari desain peneliatian. Konteks ini juga sering disebut conceptual framework.
            Hal yang paling penting untuk memahami konteks konseptual adalah perumusan tentang apa yang kamu pikirkan sedang terjadi dengan fenomena yang kamu pelajari. Teori tentatif tentang apa yan terjadi dan mengapa. Fungsi dari teori ini adalah untuk memberi informasi kepada desain peneliti untuk membantu peneliti menilai tujuan, mengembangkan dan memilih pertanyaan dan metode penelitian yang realistis dan relevan, dan mengidentifikasi potensi ancaman validitas pada kesimpulan. Menurut Joseph konteks konseptual Anda adalah teori, yang kadang-kadang disebut kerangka teori untuk penelitian ini.
            Beberapa penulis memberi label bagian ini yaitu desain penelitian atau proposal tinjauan literatur. Ini bisa menjadi istilah yang menyesatkan berbahaya. Dalam membangun bagian dari desain ini, peneliti tidak harus meringkas beberapa publikasi empiris dari publikasi teoretis, karena tiga alasan:
1.      Hal yang dapat mengarah pada fokus yang sempit pada literatur, mengabaikan sumber konseptual lain yang mungkin sama atau lebih penting untuk studi peneliti.
2.      Cenderung menghasilkan strategi yang mencakup bidang daripada berfokus secara khusus pada studi-studi dan teori-teori yang sangat relevan dengan penelitian peneliti. Tinjauan literatur yang kehilangan pandangan akan kebutuhan akan relevansi ini sering kali berubah menjadi serangkaian laporan buku tentang literatur, tanpa adanya hubungan atau argumen yang jelas. Studi yang relevan mungkin hanya sebagian kecil dari penelitian di bidang yang ditentukan, dan mereka dapat berkisar di sejumlah disiplin ilmu dan pendekatan yang berbeda. Pada kenyataannya, cara paling produktif untuk membangun konteks konseptual sering kali adalah mereka yang memadukan berbagai pendekatan, jalur investigasi, atau teori yang sebelumnya tidak ada yang terhubung.
3.      Hal dapat membuat peneliti berpikir bahwa tugas nya hanyalah deskriptif-untuk memberi tahu apa yang telah ditemukan peneliti sebelumnya atau teori apa yang telah diajukan. Dalam membangun konteks konseptual, tujuan peneliti tidak hanya deskriptif, tetapi juga kritis, peneliti perlu memahami apa masalah yang telah terjadi dengan penelitian dan teori sebelumnya, apa kontradiksi yang peneliti temukan dalam pandangan yang ada, dan bagaimana studi peneliti dapat membuat yang asli kontribusi untuk pemahaman kita.
            Ada empat sumber utama untuk modul yang dapat digunakan untuk membangun konteks konseptual untuk studi kamu: pengetahuan pengalaman sendiri, teori dan penelitian yang ada, penelitian pilot dan eksplorasi, dan eksperimen pemikiran.

1.      Experiential Knowledge (Pengetahuan Pengalaman)
            Secara tradisional, apa yang peneliti bawa ke penelitian dari latar belakang dan identitas peneliti telah diperlakukan sebagai bias, sesuatu yang pengaruhnya perlu dihilangkan dari desain, daripada komponen yang berharga dari itu. Ini benar sampai batas tertentu bahkan dalam penelitian kualitatif, di mana telah lama diakui bahwa peneliti adalah instrumen penelitian. Bertentangan dengan pandangan ini, C. Wright Mills (1959), dalam esai klasik, berpendapat bahwa para sarjana yang paling mengagumkan dalam komunitas ilmiah, tidak memisahkan pekerjaan mereka dari kehidupan mereka. Mereka tampaknya menganggap keduanya terlalu serius untuk memungkinkan pemisahan seperti itu, dan mereka ingin menggunakan masing-masing untuk memperkaya yang lain.
            Memisahkan penelitian Anda dari aspek kehidupan Anda yang lain membuat Anda terputus dari sumber utama wawasan, hipotesis, dan pemeriksaan validitas. Alan Peshkin, yang mendiskusikan peran subjektivitas dalam penelitian yang telah dilakukannya, menyimpulkan bahwa subjektivitas adalah sesuatu untuk bermanfaat. Penggabungan secara eksplisit identitas dan pengalaman peneliti dalam penelitian kamu baru-baru ini memperoleh dukungan teoretis dan filosofis yang jauh lebih luas. Filsuf Hilary Putnam berpendapat bahwa pandangan yang merupakan satu-satunya catatan objektif yang benar. Pandangan apa pun adalah pandangan dari beberapa perspektif, dan karena itu menggabungkan sikap pengamat.

2.      Existing Theory and Research (Teori dan Penelitian yang Ada)
            Sumber utama kedua modul untuk konteks konseptual adalah teori dan penelitian yang ada, bukan hanya karya yang diterbitkan tetapi teori orang lain dan penelitian empiris secara keseluruhan. Joseph menggunakan istilah teori untuk merujuk pada sesuatu yang jauh lebih luas daripada makna yang biasa dalam diskusi metode penelitian. Secara teori, yang di maksud hanyalah seperangkat konsep dan hubungan yang diusulkan di antara ini, struktur yang dimaksudkan untuk mewakili sesuatu tentang dunia. Lecompte dan preissle menyatakan bahwa "berteori hanyalah proses kognitif untuk menemukan atau memanipulasi kategori abstrak dan hubungan di antara kategori-kategori".
            Joseph membedakan teori dengan dua hal, yaitu deskripsi dan interpretasi. Deskripsi hanyalah narasi faktual tentang apa yang terjadi, pada tingkat abstraksi yang sangat rendah. Hal itu bukan teori karena hubungan antara peristiwa-peristiwa itu tidak abstrak atau jelas, tetapi hanya spasial dan kronologis; ia tidak berusaha melampaui apa yang dapat diamati secara langsung atau secara potensial. Misalnya, deskripsi tentang apa yang terjadi dalam pertemuan tertentu akan mencakup penjelasan rinci tentang aspek fisik pengaturan, tindakan orang-orang, dan kata-kata yang mereka ucapkan, tetapi tidak akan melampaui ini untuk mengusulkan penjelasan tentang apa sedang terjadi, atau untuk menyesuaikan ini ke dalam kerangka yang lebih abstrak.
            Interpretasi, seperti yang Joseph gunakan istilah yang juga berbeda dari teori. Hal itu merujuk pada suatu penjelasan tentang makna yang diberikan kepada suatu situasi atau peristiwa oleh orang-orang yang dipelajari, dalam istilah mereka sendiri. Interpretasi dalam pengertian ini, bukan teori karena alasan yang sama bahwa deskripsi bukan teori: itu hanya penjelasan konkret dari makna itu dan tidak memiliki maksud yang jelas. Sebuah interpretasi dari pertemuan yang disebutkan sebelumnya akan berusaha menyimpulkan makna yang dimiliki oleh pengaturan, tindakan, dan kata-kata, untuk orang-orang dalam pertemuan ini, tetapi tidak akan berusaha menjelaskan makna itu atau menyesuaikannya ke dalam kerangka yang lebih abstrak.
            Teori adalah pernyataan tentang apa yang terjadi dengan fenomena yang ingin kamu pahami. Hal itu tu bukan sekadar kerangka kerja, meskipun bisa menyediakan itu, melainkan cerita tentang apa yang kamu pikir sedang terjadi dan mengapa. Teori yang berguna adalah teori yang menceritakan kisah yang mencerahkan tentang beberapa fenomena, yang memberi kamu wawasan baru dan memperluas pemahaman tentang fenomena itu.
            Istilah Grounded Theory dari Glaser dan Strauss (1976) tidak merujuk pada tingkat teori tertentu tetapi pada teori yang dikembangkan secara induktif selama penelitian (atau serangkaian penelitian) dan dalam interaksi konstan dengan data dari penelitian tersebut. Teori ini didasarkan pada data aktual yang dikumpulkan, berbeda dengan teori yang dikembangkan secara konseptual dan kemudian hanya diuji terhadap data empiris. Dalam penelitian kualitatif, baik teori yang ada maupun teori yang dibumi adalah sah dan berharga.

3.      Pilot and exploratory studies (Studi percontohan dan eksplorasi)
            Pilot studies (studi percontohan) melayani beberapa fungsi yang sama dengan penelitian sebelumnya tetapi mereka dapat lebih terfokus pada masalah dan teori anda sendiri. Peneliti dapat merancang studi percontohan secara khusus untuk menguji ide-ide atau metode peneliti dan mengeksplorasi implikasinya, atau untuk mengembangkan teori ground secara induktif.

            Ada satu kegunaan tertentu yang pilot studies (studi percontohan) miliki dalam penelitian kualitatif, yang penelitian sebelumnya juga dapat mencapai tetapi jauh lebih kecil kemungkinannya. Penggunaan ini adalah untuk menghasilkan pemahaman tentang konsep dan teori yang dipegang oleh orang yang peneliti pelajari, apa yang Joseph sebut interpretasi (maxwell, 1992). Ini bukan sekadar sumber konsep tambahan untuk teori, sejenis konsep yang disebut Strauss sebagai kode in-vivo. Alih-alih, ini memberi peneliti pemahaman tentang makna yang dimiliki fenomena dan peristiwa ini bagi para aktor yang terlibat di dalamnya, dan perspektif yang menginformasikan tindakan mereka. Dalam studi kualitatif, makna dan perspektif ini harus menjadi komponen kunci dari teori peneliti, bukan hanya sumber wawasan teoretis dan blok penahan untuk yang terakhir.       

4.      Thought Experiment
            Eksperimen pemikiran memiliki tradisi panjang dan dihormati dalam ilmu fisika (sebagian besar karya Einstein didasarkan pada eksperimen pemikiran), tetapi mereka telah menerima sedikit perhatian dalam diskusi desain penelitian, terutama desain penelitian kualitatif. Diskusi terbaik dari eksperimen pemikiran dalam ilmu sosial menurut Joseph yaitu tentang Lave dan March (1975), yang menggambarkan buku mereka sebagai "panduan praktis untuk spekulasi". Menyatakan bahwa "spekulasi adalah jiwa dari ilmu-ilmu sosial", mereka memberikan pengantar rinci untuk pengembangan dan penggunaan model spekulatif.
            Eksperimen pemikiran memanfaatkan teori dan pengalaman untuk menjawab pertanyaan "bagaimana jika", untuk mencari implikasi logis dari berbagai sifat fenomena yang ingin peneliti pelajari. Keduanya dapat menguji teori peneliti saat ini untuk masalah logis dan menghasilkan wawasan teoretis baru. Mereka mendorong kreativitas dan rasa eksplorasi, dan mereka dapat membantu peneliti untuk membuat eksplisit pengetahuan pengalaman yang sudah peneliti miliki, akhirnya, mereka mudah dilakukan, setelah peneliti mengembangkan keterampilan.

Chapter IV: Pertanyaan Penelitian (What Do You Want To Understand?)
            Pertanyaan penelitian, apa yang secara spesifik ingin kamu pahami dengan melakukan studi adalah jantung dari desain penelitian. mereka adalah satu komponen yang secara langsung terhubung ke semua komponen lain dari desain. lebih dari aspek lain dari desain kamu, pertanyaan penelitian akan memiliki pengaruh, dan harus responsif terhadap studi, setiap bagian lain dari studi/penelitian.

Fungsi Pertanyaan Penelitian
            Dalam proposal penelitian, fungsi research questions adalah menjelaskan secara spesifik apa yang akan dipelajari atau dipahami oleh penelitian kamu. Dalam desain penelitian, pertanyaan-pertanyaan penelitian melayani dua fungsi penting lainnya: untuk membantu dalam memfokuskan studi (hubungan pertanyaan dengan tujuan dan konteks konseptual) dan untuk memberikan panduan tentang bagaimana melakukan nya (hubungan mereka dengan metode dan validitas).

Pertanyaan Penelitian Dan Jenis Pertanyaan Lainnya
            Masalah umum dalam mengembangkan pertanyaan penelitian adalah kebingungan antara masalah penelitian, apa yang ingin peneliti pahami dengan melakukan studi, dan masalah praktis, apa yang ingin penelti capai. Masalah-masalah praktis sebaiknya disimpan sebagai bagian dari tujuan peneliti, daripada secara langsung dimasukkan dalam pertanyaan penelitian. Lecompte dan Preissle menyatakan bahwa "membedakan antara tujuan dan pertanyaan penelitian adalah masalah pertama" dalam menjawab pertanyaan penelitian yang bisa diterapkan. Ini mungkin tugas yang lebih sulit daripada yang  peneliti harapkan, karena itu memaksa peneliti untuk fokus pada apa yang tidak ia ketahui tentang fenomena, daripada apa yang peneliti tahu atau anggap peneliti tahu. Itu mengharuskan peneliti untuk mengidentifikasi ketidaktahuan nya dan untuk menantang asumsi peneliti. Perbedaan kedua, yang sangat penting untuk studi wawancara, adalah antara pertanyaan penelitian dan pertanyaan wawancara. Pertanyaan penelitian mengidentifikasi hal-hal yang ingin peneliti pahami, pertanyaan wawancara memberikan data yang Anda perlu memahami hal-hal ini.

Chapter V: Metode
Penyusunan Ulang Studi Kualitatif
            Salah satu masalah terpenting dalam mendesain/merancang studi kualitatif adalah seberapa banyak upaya yang harus dilakukan untuk menyusun ulang metode. Banyak peneliti kualitatif percaya bahwa, karena penelitian kualitatif selalu bersifat induktif dan membumi, setiap penataan/penyusunan ulang yang signifikan dari metode-metode tersebut mengarah pada kurangnya fleksibilitas untuk menanggapi wawasan yang muncul dalam memahami data. Keputusan ini sering dibenarkan atas dasar filosofis atau politik, serta pendekatan terstruktur diidentifikasi dengan penelitian kuantitatif, positivisme, atau ketidaksetaraan kekuasaan antara peneliti dan yang diteliti. Pilihan antara metode terstruktur dan tidak terstruktur jarang dibahas dengan cara yang mengklarifikasi kelebihan dan kekurangan masing-masing.
            Pendekatan terstruktur dapat membantu memastikan komparabilitas data lintas sumber dan peneliti dan karenanya sangat berguna dalam menjawab pertanyaan bervarian, pertanyaan yang berhubungan dengan perbedaan antara hal-hal dan penjelasannya. Sebaliknya, pendekatan yang tidak terstruktur memungkinkan peneliti untuk fokus pada fenomena tertentu yang dipelajari, mereka memperdagangkan generalisasi dan komparabilitas untuk validitas internal dan pemahaman kontekstual dan sangat berguna dalam memahami proses yang mengarah pada hasil spesifik.
            Joseph melihat metode kualitatif dengan apa yang akan peneliti lakukan dalam melakukan studi kualitatif memiliki empat komponen utama, yaitu :
·         hubungan penelitian yang kamu bangun dengan yang kamu pelajari
·         sampling: waktu, pengaturan, atau individu yang kamu pilih untuk diamati atau diwawancarai dan sumber informasi apa yang kamu putuskan untuk digunakan
·         pengumpulan  data: bagaimana kamu mengumpulkan informasi yang akan kamu gunakan
·         analisis data: apa yang kamu lakukan dengan informasi (yang kamu dapatkan) untuk membuatnya masuk akal
         Semua komponen ini adalah aspek penting dari bagaimana peneliti melakukan studi/penelitian, dan mempengaruhi nilai dan validitas kesimpulan peneliti. Oleh karena itu, berguna untuk memikirkan ini sebagai masalah keputusan desain kunci yang harus peneliti pertimbangkan dalam merencanakan studi, dan bahwa peneliti harus memikirkan kembali ketika peneliti terlibat di dalamnya.

Negosiasi Hubungan Penelitian    
    Hubungan penelitian yang peneliti buat dengan yang peneliti pelajari sering dikonseptualisasikan sebagai memperoleh entry pengaturan, atau membangun hubungan dengan peserta. Menurut Joseph ini adalah cara berpikir yang menyesatkan tentang aspek penelitian kamu. Istilah entri negosiasi (Marshall & Rossman, 1994) atau gaining access mendapatkan akses (Bogdan & Biklen, 1992, Glesne & Peshkin 1992) mengusulkan bahwa ini adalah peristiwa tunggal yang apabila sekali dicapai, tidak memerlukan pemikiran lebih lanjut, ketentuan ini terus-menerus dinegosiasikan/dirundingkan dan negosiasi ulang hubungan peneliti yang memungkinkan peneliti untuk secara etis mempelajari hal-hal yang perlu di pelajari untuk menjawab pertanyaan penelitian secara valid.
            Seorang informan dapat sangat terlibat secara intelektual dalam sebuah wawancara tetapi tidak mengungkapkan sesuatu yang sangat pribadi, dan untuk beberapa penelitian, hubungan semacam ini mungkin ideal. Sebaliknya, orang mungkin sangat terbuka tentang masalah-masalah pribadi kepada orang asing yang tidak pernah mereka harapkan untuk dilihat lagi tetapi mungkin tidak mau terlibat dalam refleksi kritis apa pun atas materi ini.
            Hubungan peneliti dengan orang-orang yang peneliti pelajari adalah entitas yang kompleks dan berubah. Dalam studi kualitatif, peneliti adalah instrumen penelitian, dan hubungan penelitian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan penelitian. Hubungan ini memiliki efek tidak hanya pada peserta dalam penelitian ini, tetapi pada peneliti dan pada bagian lain dari desain penelitian. Hammersley dan Atkinson (1983) menggunakan istilah refleksivitas untuk melabeli pengakuan bahwa peneliti adalah bagian dari fenomena yang dipelajari.

Keputusan Tentang Pengambilan Sampel: Dimana, Kapan, Siapa, dan Apa
            Kapan pun peneliti memiliki pilihan tentang kapan dan di mana harus diamati, ke siapa harus diajak bicara, atau sumber informasi apa yang akan peneliti fokuskan, peneliti dihadapkan dengan keputusan pengambilan sampel.
            Ingat bahwa peneliti tidak hanya mengambil sampel orang, tetapi juga pengaturan, acara, dan proses. Penting untuk menyejajarkan parameter-parameter ini dengan pertanyaan penelitian juga, dan untuk mempertimbangkan apakah pilihan peneliti melakukan pekerjaan yang representatif dan hemat waktu untuk menjawabnya. Pengaturan, peristiwa, atau proses yang muncul dengan cepat di awal studi mungkin bukan yang paling relevan atau kaya data. Tinjauan sistematis dapat mempertajam pilihan awal dan nanti.
            Setidaknya ada empat tujuan yang mungkin untuk pengambilan sampel, yang pertama adalah mencapai keterwakilan atau tipikal pengaturan, individu, atau kegiatan yang dipilih. Karena, pengambilan sampel acak cenderung mencapai ini hanya dengan ukuran sampel yang besar, biasanya lebih masuk akal dalam penelitian skala kecil untuk secara sengaja memilih kasus, individu, atau situasi yang diketahui tipikal. Sampel kecil yang telah dipilih secara sistematis untuk tipikal dan homogenitas relatif memberikan jauh lebih percaya diri bahwa kesimpulan yang memadai mewakili rata-rata anggota populasi daripada sampel dengan ukuran yang sama yang memasukkan variasi acak atau kebetulan yang substansial.
            Tujuan kedua yang dapat dicapai oleh pengambilan sampel yang bertujuan adalah kebalikan dari yang pertama, untuk memadai menangkap heterogenitas dalam populasi. Tujuannya di sini adalah untuk memastikan bahwa kesimpulan secara memadai mewakili seluruh rentang variasi, bukan hanya anggota biasa atau beberapa bagian dari rentang ini; Guba dan Lincoln (Miles dan Huberman) menyebut ini sebagai sampling variasi maksimum. Ini paling baik dilakukan dengan mendefinisikan dimensi variasi dalam populasi yang paling relevan dengan studi dan secara sistematis memilih individu, waktu, atau latar yang mewakili variasi paling penting yang mungkin pada dimensi ini. Proses ini mirip dengan yang digunakan untuk stratified random sampling, perbedaan utama adalah bahwa seleksi akhir lebih disengaja daripada acak. Trade-off antara pendekatan ini dan memilih sampel yang lebih homogen adalah bahwa peneliti memiliki lebih sedikit data tentang jenis kasus tertentu, pengaturan, atau individu dalam penelitian ini dan tidak akan dapat mengatakan secara mendalam tentang contoh umum atau contoh modal.
            Tujuan ketiga yang mungkin adalah memilih sampel dengan sengaja memeriksa kasus-kasus yang penting untuk teori-teori yang peneliti gunakan untuk memulai studi, atau yang kemudian peneliti kembangkan.
            Tujuan keempat dalam pengambilan sampel yang disengaja dapat untuk membuat perbandingan tertentu untuk menggambarkan alasan perbedaan antara pengaturan atau individu. Meskipun perbandingan semacam itu kurang umum dalam penelitian kualitatif dibandingkan dengan pendekatan lain, penggunaan perbandingan terkontrol memiliki sejarah panjang dan dihormati dalam antropologi dan umum dalam penelitian kualitatif multisase.

Decisions About Data Collection  (Keputusan Tentang Koleksi Data)
            Sebagian besar metode kualitatif teks menyediakan ruang yang cukup untuk kekuatan dan keterbatasan metode pengumpulan data kualitatif yang berbeda, dan Joseph menawarkan dua masalah konseptual utama dalam memilih dan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda: hubungan antara pertanyaan penelitian dan metode pengumpulan data dan triangulasi metode yang berbeda. (keuntungan relatif dari metode terstruktur dan tidak terstruktur, yang juga merupakan pertimbangan penting dalam perencanaan metode pengumpulan data.


Hubungan Antara Pertanyaan Penelitian Dan Metode Pengumpulan Data
            Poin yang ditekankan di sini adalah bahwa tidak ada kesamaan yang diperlukan atau hubungan deduktif antara pertanyaan penelitian dan metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data (termasuk pertanyaan wawancara), keduanya adalah bagian yang berbeda dan terpisah dari desain peneliti. Ini bisa menjadi sumber kebingungan, karena peneliti sering berbicara tentang "mengoperasionalkan" pertanyaan penelitian mereka, atau "menerjemahkan" pertanyaan penelitian menjadi pertanyaan wawancara. Bahasa semacam itu merupakan sisa pandangan positivis logis tentang hubungan antara teori dan data, pandangan yang hampir sepenuhnya ditinggalkan oleh para filsuf (phillips, 1987). Kesadaran praktis dari perubahan filosofis ini adalah bahwa tidak ada cara untuk secara logis atau mekanis mengubah pertanyaan penelitian menjadi metode, metode peneliti adalah sarana untuk menjawab pertanyaan penelitian peneliti, bukan transformasi logis dari surat itu. Pilihan mereka tidak hanya tergantung pada pertanyaan penelitian tetapi pada situasi penelitian aktual dan apa yang akan bekerja paling efektif dalam situasi itu untuk memberi data yang peneliti butuhkan.
            Ada dua implikasi penting dari kurangnya kesamaan antara pertanyaan penelitian dan pertanyaan wawancara. Pertama, anda perlu mengantisipasi, sebaik mungkin, bagaimana pertanyaan wawancara tertentu akan benar-benar bekerja dalam praktiknya, bagaimana orang akan memahaminya dan bagaimana mereka akan merespons. Cobalah untuk menempatkan diri kamu/peneliti di tempat informan dan bayangkan bagaimana kamu akan bereaksi terhadap pertanyaan-pertanyaan ini. (ini adalah penggunaan lain dari eksperimen pemikiran). Kedua, jika mungkin, kamu harus menguji coba panduan wawancara dengan orang-orang sebanyak mungkin informan terencana anda, untuk menentukan apakah pertanyaan-pertanyaan itu berfungsi sebagaimana dimaksud dan revisi apa yang perlu peneliti lakukan.
Triangulation Of Data Collection Methods
            Dexter berpendapat bahwa "tidak ada yang harus merencanakan atau membiayai seluruh studi di muka dengan harapan mengandalkan wawancara untuk data kecuali jika pewawancara memiliki latar belakang yang cukup relevan untuk memastikan bahwa mereka dapat masuk akal dari percakapan wawancara atau kecuali ada harapan yang masuk akal untuk dapat berkeliaran atau dengan cara tertentu mengamati untuk mempelajari apa yang bermakna dan penting untuk ditanyakan.
            Contoh ini menggambarkan prinsip umum yang dikenal sebagai triangulasi: mengumpulkan informasi dari beragam individu dan lingkungan, menggunakan berbagai metode (Denzim). Ini mengurangi risiko bahwa kesimpulan Anda hanya akan mencerminkan bias sistematis atau batasan metode tertentu, dan memungkinkan Anda untuk mendapatkan penilaian yang lebih baik tentang validitas dan generalisasi dari penjelasan yang peneliti kembangkan.
            Satu kepercayaan yang menghambat triangulasi adalah anggapan luas bahwa pengamatan terutama berguna untuk mendapatkan deskripsi perilaku dan peristiwa, sedangkan wawancara terutama bermanfaat untuk mendapatkan perspektif aktor. Memang benar bahwa hasil pengamatan langsung adalah deskripsi, tetapi ini juga berlaku untuk wawancara: yang terakhir memberi peneliti deskripsi tentang apa yang dikatakan informan, bukan pemahaman langsung tentang perspektif mereka. Menghasilkan interpretasi terhadap perspektif seseorang secara inheren merupakan masalah kesimpulan dari deskripsi perilakunya (termasuk perilaku verbal), apakah data tersebut berasal dari pengamatan, wawancara, atau sumber lain seperti dokumen tertulis (Maxwell).
            Observasi seringkali memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan tentang makna dan perspektif seseorang yang tidak dapat di peroleh dengan hanya mengandalkan data wawancara. Ini terutama berlaku untuk mendapatkan pemahaman diam-diam dan teori-dalam penggunaan, serta aspek-aspek perspektif peserta bahwa mereka enggan menyatakan secara langsung dalam wawancara. Misalnya, menonton bagaimana seorang guru menanggapi pertanyaan anak laki-laki dan perempuan di kelas sains dapat memberikan pemahaman yang jauh lebih baik tentang pandangan aktual guru tentang gender dan sains daripada apa yang dikatakan guru dalam wawancara.
            Sebaliknya, wawancara bisa menjadi cara yang berharga (satu-satunya cara, untuk peristiwa yang terjadi di masa lalu atau yang peneliti tidak bisa mendapatkan akses pengamatan) untuk mendapatkan deskripsi tindakan dan peristiwa. Ini dapat memberikan informasi tambahan yang terlewatkan dalam pengamatan dan dapat digunakan untuk memeriksa keakuratan pengamatan. Namun, agar wawancara bermanfaat untuk tujuan ini, peneliti perlu bertanya tentang peristiwa dan tindakan spesifik, alih-alih mengajukan pertanyaan yang hanya menghasilkan generalisasi atau opini abstrak. Dalam kedua kasus ini, triangulasi pengamatan dan wawancara dapat memberikan akun yang lebih lengkap dan akurat daripada yang bisa dilakukan sendiri.
Decisions About Data Analysis
            Analisis seringkali secara konseptual terpisah dari desain, terutama oleh penulis yang melihat desain sebagai apa yang terjadi sebelum data sebenarnya dikumpulkan. Di sini, saya memperlakukan analisis sebagai bagian dari desain, dan sebagai sesuatu yang harus dirancang sendiri. Setiap studi kualitatif memerlukan keputusan tentang bagaimana analisis akan dilakukan, dan keputusan ini memengaruhi, dan dipengaruhi oleh, sisa desain. Pembahasan analisis seringkali merupakan bagian terlemah dari proposal kualitatif.
            Salah satu masalah paling umum dalam studi kualitatif adalah membiarkan catatan lapangan dan transkrip yang belum dianalisis menumpuk, menjadikan tugas analisis akhir jauh lebih sulit dan mengecewakan. Ada pepatah pendaki gunung bahwa pendaki berpengalaman mulai makan siang segera setelah selesai sarapan dan terus makan siang selama dia terjaga, berhenti sebentar untuk makan malam (manning, 1960). Dengan cara yang sama, peneliti kualitatif yang berpengalaman memulai analisis data segera setelah menyelesaikan wawancara atau pengamatan pertama dan terus menganalisis data selama dia mengerjakan penelitian, berhenti sebentar untuk menulis laporan dan makalah. Alasan Heinrich untuk segera menganalisis data biologisnya berlaku sama untuk ilmu sosial:
"pada proyek penelitian saya biasanya mencoba membuat grafik data saya pada hari yang sama saya mengumpulkannya. Dari hari ke hari poin-poin pada grafik memberi tahu saya tentang kemajuan saya. itu seperti rubah mengejar kelinci. grafik adalah jalur kelinci, dan aku harus tetap dekat dengan kelinci itu. Aku harus bisa bereaksi dan mengubah arah sering. juga, karena alam itu kompleks aku membiarkannya menuntunku, berusaha untuk tidak terlalu jauh ke depan, sehingga aku tidak perlu mundur. "
            Langkah awal dalam analisis kualitatif adalah membaca transkrip wawancara, catatan observasi, atau dokumen yang akan dianalisis. Mendengarkan kaset wawancara sebelum menyalin wawancara atau menulis ulang dan mengatur kembali catatan observasi kasar anda. Selama membaca atau mendengarkan ini, peneliti  harus menulis catatan dan memo tentang apa yang peneliti lihat atau dengar dalam data dan kembangkan ide tentatif tentang kategori dan hubungan.

Chapter VI: Validity (How might you be wrong?)
            Pandangan bahwa metode dapat menjamin validitas adalah karakteristik dari bentuk-bentuk awal positivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah pada akhirnya dapat direduksi menjadi sistem logis yang didasarkan secara aman pada data indra yang tidak dapat dibantah. Posisi ini telah banyak ditinggalkan oleh para filsuf, dan ahli metodologi juga menjadi semakin sadar akan masalah yang diciptakan oleh pandangan ini. Validitas adalah tujuan daripada produk, tidak pernah sesuatu yang dapat dibuktikan atau diterima begitu saja. Validitas juga relatif, harus dinilai dalam kaitannya dengan tujuan dan keadaan penelitian, daripada menjadi properti-metode atau kesimpulan yang independen konteks. Akhirnya, ancaman validitas dibuat tidak masuk akal dengan bukti, bukan metode, metode hanya cara mendapatkan bukti yang dapat membantu peneliti mengesampingkan ancaman ini.
            Pandangan ini bahwa validitas tidak dapat berasimilasi dengan metode adalah salah satu dari dua alasan utama bahwa, Joseph telah membuat validitas komponen berbeda dari desain kualitatif, terpisah dari metode. Alasan kedua adalah pragmatis: validitas secara umum diakui sebagai masalah utama dalam desain penelitian, dan ia    pikir bahwa sangat penting untuk secara eksplisit ditangani. Przeworski dan Salomon mengidentifikasi, sebagai salah satu dari tiga pertanyaan yang diajukan oleh pembaca, "bagaimana kita akan tahu bahwa kesimpulannya valid?" dan Bosk, dalam studi pelatihan profesional ahli bedah, menyatakan bahwa "semua kerja lapangan yang dilakukan oleh satu pekerja lapangan mengundang pertanyaan, mengapa kita harus memercayainya ?. Kurangnya perhatian eksplisit terhadap ancaman validitas adalah alasan umum untuk penolakan proposal penelitian, menjadikan validitas sebagai komponen formal desain dapat membantu peneliti mengatasi masalah ini.

Jenis-Jenis Validitas Dalam Penelitian Kualitatif
            Deskripsi. Ancaman utama terhadap deskripsi yang valid, dalam arti menggambarkan apa yang peneliti lihat dan dengar, adalah ketidakakuratan atau ketidaklengkapan data. Rekaman audio atau video dari pengamatan dan wawancara, dan transkripsi kata-kata dari rekaman ini, sebagian besar memecahkan masalah ini, jika peneliti tidak melakukan ini, itu merupakan ancaman serius yang serius terhadap validitas studi. Jika deskripsi peneliti tentang apa yang peneliti amati, atau wawancara yang peneliti lakukan, tidak valid, maka setiap interpretasi atau kesimpulan yang peneliti ambil dari deskripsi ini dipertanyakan. Untuk alasan ini, peneliti harus selalu merekam dan menyalin wawancara kecuali ada alasan kuat untuk tidak melakukannya. jika kurangnya waktu atau sumber daya untuk menyalin adalah masalah, rekaman masih lebih disukai daripada tidak merekam, peneliti selalu dapat mendengarkan kaset. untuk pengamatan, perekaman lebih sulit dilakukan dan lebih sulit untuk ditranskripsikan, tetapi harus selalu dianggap sebagai pilihan, jika peneliti tidak merekamnya, peneliti perlu membuat catatan pengamatan sedetail, konkret, dan kronologis mungkin.
            Interpretasi. Ancaman utama terhadap interpretasi yang valid adalah memaksakan kerangka kerja atau makna sendiri, daripada memahami perspektif orang yang diteliti dan makna yang mereka lampirkan pada kata-kata dan tindakan mereka. Ada beberapa cara yang terjadi: tidak mendengarkan makna peserta, tidak menyadari dan mengurung kerangka kerja dan asumsi anda sendiri, mengajukan pertanyaan terkemuka, tertutup, atau jawaban singkat yang tidak memberikan peserta kesempatan untuk mengungkapkan perspektif mereka sendiri. Pemeriksaan paling penting tentang ancaman validitas semacam itu adalah untuk secara serius dan sistematis mencoba mempelajari bagaimana para peserta dalam studi anda memahami apa yang sedang terjadi, daripada mengotak-atik kata-kata dan tindakan mereka dalam kerangka kerja peneliti sendiri.
            Teori. Ancaman paling serius terhadap validitas teoretis suatu akun adalah tidak mengumpulkan atau memperhatikan data yang berbeda, atau tidak mempertimbangkan penjelasan alternatif atau pemahaman tentang fenomena yang sedang peneliti pelajari. Pelto berpendapat bahwa masalah utama dalam penelitian antropologis adalah pembentukan proposisi yang kabur dan abstrak melalui bukti anekdotal, tanpa pertimbangan apa yang dapat membantah proposisi ini, mereka mengklaim bahwa ini adalah alasan utama bahwa nilai-nilai pribadi antropolog sangat berpengaruh.

Dua Ancaman Validitas Khusus: Bias Dan Reaktifitas
            Joseph berpendapat bahwa peneliti kualitatif umumnya berurusan dengan ancaman validitas sebagai peristiwa atau proses tertentu yang dapat mengarah pada kesimpulan yang tidak valid, daripada sebagai variabel generik yang perlu dikendalikan. Ancaman validitas terhadap kesimpulan studi kualitatif, seperti yang Cook dan Campbell lakukan untuk studi kuasi-eksperimental. Mendiskusikan dua jenis ancaman terhadap validitas yang sering diangkat dalam kaitannya dengan studi kualitatif: bias peneliti, dan pengaruh penelitian pada latar atau individu yang diteliti, umumnya dikenal sebagai reaktivitas.

Reasearch Bias
            Dua ancaman penting terhadap validitas kesimpulan kualitatif adalah pemilihan data yang sesuai dengan teori atau prakonsepsi peneliti yang ada dan pemilihan data yang "menonjol" bagi peneliti. Namun, jelas tidak mungkin untuk mengatasi masalah ini dengan menghilangkan teori, prakonsepsi, atau nilai-nilai peneliti, ketidakmungkinan ini adalah salah satu aspek dari apa yang disebut refleksivitas inheren penelitian kualitatif. Biasanya tidak tepat untuk mencoba menstandarkan peneliti untuk mencapai keandalan, penelitian kualitatif tidak terutama berkaitan dengan menghilangkan varians antara peneliti dalam nilai-nilai dan harapan yang mereka bawa ke dalam penelitian, tetapi dengan memahami bagaimana nilai-nilai peneliti tertentu mempengaruhi perilaku dan kesimpulan penelitian. Menjelaskan kemungkinan bias peneliti dan bagaimana peneliti akan menghadapinya adalah tugas utama dari proposal penelitian. Sebagai salah satu peneliti kualitatif, Fred Hess (komunikasi pribadi), telah mengutarakannya, validitas dalam penelitian kualitatif bukanlah hasil dari ketidakpedulian, tetapi dari intergritas.

Reactivity (Reaktivitas)
            Pengaruh peneliti pada pengaturan atau individu yang diteliti, masalah yang umumnya dikenal sebagai reaktivitas, adalah masalah kedua yang sering diangkat tentang studi kualitatif. Pendekatan terhadap reaktivitas sebagian besar penelitian kuantitatif, mencoba mengendalikan efek dari peneliti, sesuai dengan perspektif teori varians, di mana tujuannya adalah untuk mencegah variabel hasil. Namun, menghilangkan pengaruh sebenarnya dari peneliti tidak mungkin, dan tujuan dalam penelitian kualitatif bukanlah untuk menghilangkan pengaruh ini tetapi untuk memahaminya dan menggunakannya secara produktif.
            Untuk studi observasi partisipan, reaktivitas pada umumnya tidak seserius ancaman seperti yang diyakini sebagian orang. Becker menunjukkan bahwa dalam pengaturan alami, seorang pengamat umumnya jauh lebih sedikit mempengaruhi perilaku peserta daripada pengaturan itu sendiri (meskipun ada pengecualian yang jelas untuk ini, seperti situasi di mana perilaku ilegal terjadi). Untuk wawancara, sebaliknya, reaktivitas adalah pengaruh yang kuat dan tak terhindarkan; apa yang dikatakan informan selalu merupakan fungsi pewawancara dan situasi wawancara. Walaupun ada beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mencegah perselisihan yang lebih tidak diinginkan ini, seperti menghindari pertanyaan utama, mencoba meminimalkan efek anda bukanlah tujuan yang bermakna untuk penelitian kualitatif. Seperti yang dibahas di atas untuk bias, yang penting adalah memahami bagaimana anda memengaruhi apa yang dikatakan informan, dan bagaimana hal ini memengaruhi validitas kesimpulan yang dapat anda tarik dari wawancara.

Generalisasi Dalam Penelitian Kualitatif
            Peneliti kualitatif biasanya mempelajari pengaturan tunggal atau sejumlah kecil individu atau situs, menggunakan pengambilan sampel teoritis atau purposive daripada probabilitas, dan mereka jarang membuat klaim eksplisit tentang generalisasi akun mereka. Namun, penting untuk membedakan antara apa yang saya sebut generalisasi internal dan eksternal (Maxwell, 1992). Generabilitas internal mengacu pada generalisasi kesimpulan dalam pengaturan atau kelompok yang dipelajari, sedangkan generalisasi eksternal jelas merupakan masalah utama untuk studi kasus kualitatif; itu sesuai dengan apa yang cook dan campbell (1979) sebut validitas kesimpulan statistik dalam penelitian kuantitatif. Validitas deskriptif, interpretif, dan teoritis dari kesimpulan semua tergantung pada generalisasi internal mereka untuk kasus secara keseluruhan. Jika peneliti mempelajari pola interaksi antara guru dan siswa dalam satu ruang kelas, akun peneliti dari ruang kelas itu secara keseluruhan terancam jika peneliti secara selektif berfokus pada siswa atau jenis interaksi tertentu dan mengabaikan yang lain.
            Sebaliknya, generazabilitas eksternal seringkali bukan merupakan masalah penting untuk studi kualitatif. Memang, nilai studi kualitatif mungkin tergantung pada kurangnya generazabilitas eksternal, dalam arti mewakili populasi yang lebih besar, itu mungkin menyediakan akun pengaturan atau populasi yang menerangi sebagai kasus ekstrim atau tipe ideal. Eliot Freidson, untuk studinya tentang kontrol sosial di antara dokter, memilih praktik kelompok yang tidak lazim, yang dikelola oleh dokter yang terlatih lebih baik dan yang pandangannya lebih progresif daripada biasanya, dan yang disusun secara tepat untuk menangani masalah yang sedang ia tangani . Dia berpendapat bahwa studinya memberikan kontribusi penting bagi teori dan kebijakan justru karena ini adalah kelompok yang kontrol sosialnya pada praktik seharusnya paling efektif. Kegagalan kontrol semacam itu dalam kasus ini tidak hanya menyoroti proses sosial yang mungkin ada dalam kelompok lain, tetapi juga memberikan argumen-argumen yang lebih persuasif untuk ketidakberlakuan kontrol semacam itu daripada studi kelompok perwakilan.
            Ini tidak berarti bahwa studi kualitatif tidak pernah dapat digeneralisasikan di luar pengaturan atau informan yang diteliti. Pertama, penelitian kualitatif sering memiliki apa yang disebut Judith Singer (komunikasi pribadi) disebut generalisasi; tidak ada alasan yang jelas untuk tidak percaya bahwa hasilnya berlaku lebih umum. Kedua, generalisasi studi kuantitatif biasanya didasarkan, bukan pada pengambilan sampel eksplisit dari beberapa populasi tertentu yang hasilnya dapat diperluas, tetapi pada pengembangan teori yang dapat diperluas, tetapi pada pengembangan teori yang dapat diperluas untuk kasus lain. Ketiga, daftarkan sejumlah fitur yang memungkinkan masuk akal untuk generalisasi dari studi kasus atau sampel nonrandom, termasuk penilaian responden sendiri tentang generalisasi, kesamaan dinamika dan kendala dengan situasi lain, Dept yang dianggap atau universalitas dari fenomena yang diteliti, dan bukti yang menguatkan dari yang lain. Studi. Semua karakteristik ini dapat memberikan kredibilitas untuk generalisasi dari studi kualitatif, tetapi tidak ada yang mengizinkan jenis ekstrapolasi hasil yang tepat untuk populasi yang ditentukan yang memungkinkan pengambilan sampel secara probabilitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISTIA'RAH THAMSILIYAH

Perkembangan Madrasah Tafsir