Qualitative Research Design An Interactive Approach
(Penelitian Kualitatif Merancang Pendekatan Interaktif)
KARYA JOSEPH A. MAXWELL
Chapter I:
Model Untuk Desain Penelitian Kualitatif
Model interaktif
memang memiliki struktur yang pasti. Namun, itu adalah struktur yang saling
berhubungan dan fleksibel. Buku ini mengidentifikasi komponen-komponen utama
dalam desain dan hubungan di antara komponen-komponen ini dan menyajikan strategi
untuk menciptakan hubungan yang koheren dan dapat diterapkan di antara
komponen-komponen ini. Model interaktif tidak mengabaikan pentingnya desain
tetapi memperkuatnya. Desain penelitian seperti filsafat kehidupan, tidak ada
yang tanpa filsafat, tetapi beberapa orang lebih sadar akan hal itu, dan dengan
demikian mampu membuat keputusan yang lebih terinformasi dan konsisten.
Desain dalam
penelitian kualitatif adalah proses interaktif yang melibatkan "tacking"
bolak-balik antara berbagai komponen desain, menilai implikasi tujuan, teori,
model interaktif lebih kompatibel dengan definisi desain sebagai susunan elemen
yang mengatur fungsi dari sebuah studi dibandingkan dengan desain sebagai
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya untuk melakukan penelitian atau
sebagai urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian itu. Joseph A.
Maxwell menawarkan lima komponen penting dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1.
Purposes (Tujuan) : Pada komponen ini peneliti mendeskripsikan apa yang
menjadi pokok tujuan (ultimate goals) dalam suatu kajian/penelitian, masalah apa
dan praktek/penerapan yang dapat mempengaruhi, mengapa peneliti ingin
melakukannya, dan mengapa kita harus memikirkan hasilnya (result), dan mengapa
studi ini layak/bernilai (worth) untuk dilakukan?
2.
Conceptual
Context : pada komponen ini peneliti harus
memikirkan apa yang sedang terjadi pada fenomena yang peneliti rencanakan untuk
diteliti?, dengan teori apa, penemuan apa (findings),dan konsep kerangka yang
berhubungan dengan fenomena yang akan menuntun atau menerangkan dalam
penelitian, dan literatur apa yang digunakan, preliminary research, dan
pengalaman diri sendiri yang akan peneliti salurkan dalam penelitian. Komponen
desain ini berisi teori yang sudah peneliti punya atau pengembangan tentang setting
atau masalah yang sedang dikaji. Terdapat empat sumber pokok dalam teori ini,
yaitu your own experience, existing theory and research, hasil penelitian
perintis terdahulu, atau preliminary research yang sudah kamu lakukan, dan
thought experiment (eksperimen pemikiran).
3.
Research
Questions : secara spesifik, apa yang ingin peneliti
pahami tentang penelitian yang dilakukan? Apa yang tidak peneliti ketahui
tentang suatu fenomena yang ingin diteliti tetapi tidak pelajari? Pertanyaan
apa yang ingin peneliti coba jawab, dan bagaimana pertanyaan ini tehubung satu
dengan yang lainnya?
4.
Methods : apa yang benar-benar ingin peneliti lakukan dalam suatu
penelitian ?, pendekatan apa dan teknik apa yang ingin peneliti kumpulkan dan
analisis data?, bagaimana menggabungkan dan membenarkan strategi? Komponen ini
termasuk dalam empat bagian pokok: hubungan penelitian dengan orang yang ingin peneliti
pelajari, pilihan situs dan keputusan pengambilan sampel (sampling decision),
metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang akan digunakan.
5.
Validity : bagaimana peneliti bisa
salah ? alternatif apa yang masuk akal/dapat diterima dalam menjelaskan dan
validitas ancaman terhadap kesimpulan potensial dalam penelitian, bagaimana
peneliti akan (deal) sepakat dengan ini?, bagaimana peneliti mendapatkan data
yang peneliti miliki, atau peneliti bisa mengumpulkan, bagaimana mendukung atau
menantang ide kamu tentang apa yang sedang terjadi?, kenapa kita harus percaya
dengan hasil penelitian kamu?
Menurut Joseph, pertanyaan penelitian harus mempunyai
hubungan yang jelas dengan tujuan dalam penelitian kamu dan harus
diinformasikan dari apa yang sudah kamu ketahui tentang fenomena yang kamu
teliti dan teori apa yang bisa dimasukkan
dalam fenomena. Lagi pula, tujuan dari penelitian harus diinformasikan dengan
teori saat ini dan ilmu pengetahuan,
sedangkan pilihan teori yang relevan tergantung dalam tujuan dan
pertanyaan.
Selain lima
komponen diatas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi model penelitian, yaitu:
·
Research
abilities (kemampuan penelitian)
·
Perceived
problems (masalah persepsi)
·
Ethical
standards (standar etik)
·
The
research setting (pengaturan penelitian)
·
The
Data you collect (data yang dikumpulkan)
Menurut Joseph
beberapa faktor tersebut bukan bagian dari design of study, tapi
digunakan dalam lingkungan penelitian dimana desainnya (exist) ada atau
merupakan produk dari penelitian.
Chapter II: Tujuan (Why
Are You Doing This Study?)
Tanpa maksud yang jelas dari “tujuan” dalam melakukan penelitian,
hal tersebut dapat membuat peneliti cenderung tersesat atau membuang waktu dan
usaha tidak akan memberi kontribusi dalam melakukan penelitian.
Jadi, purpose (tujuan)
penelitian merupakan bagian penting dari penelitian. Joseph mengatakan dalam
bukunya bahwa ia menggunakan purpose dalam arti yang luas untuk
memasukkan motive, desire dan goal (target), yang semua itu akan menuntun peneliti
dalam melakukan penelitian yang di harap akan menyelesaikannya. Tujuan ini
menyajikan dua fungsi penting. Pertama, sesuatu yang memandu keputusan untuk
memastikan bahwa penelitian kita berguna/bernilai, dan peneliti mendapatkan apa
yang peneliti mau. Kedua, sesuatu yang sangat penting untuk membenarkan
penelitian kita, hal tersebut adalah kunci dalam proposal.
Ada tiga jenis purpose
(tujuan) yang berbeda dalam melakukan penelitian, yaitu:
·
Personal
purpose (tujuan pribadi) : sesuatu yang
memotivasi kamu dalam penelitian, mereka juga termasuk dalam a political
passion untuk mengubah beberapa situasi yang ada, rasa ingin tau tentang
suatu fenomena atau peristiwa tertentu, keinginan (desire) untuk
mengikutsertakan tipe tertentu dalam penelitian atau sederhana nya untuk
melanjutkan karir anda.
·
Practical
Purpose : fokus pada menyelesaikan sesuatu,
memenuhi beberapa kebutuhan, mengubah situasi, mencapai beberapa target.
·
Research
Purpose : fokus pada memahami sesuatu,
menambah beberapa wawasan ke dalam apa yang sedang terjadi dan kenapa hal itu
bisa terjadi.
Kekuatan
Penelitian Kualitatif
Qualitative
research memiliki kekuatan yang berbeda,
logika dan hal itu sering kali digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan
tujuan. Qualitative research berasal dari pendekatan induktif, hal
tersebut fokus pada situasi tertentu atau orang, dan penekanan pada kata-kata
dari pada nomor.
Ada lima tujuan
penelitian (research purpose) yang cocok untuk penelitian kualitatif :
1.
Understanding
the meaning, Joseph
menggunakan kata “meaning” dalam artian yang luas yang termasuk dalam
apa yang sering disebut/digunakan peneliti kualitatif sebagai “participants”
pespective.
2.
Understanding
the particular context,memahami
konteks tertentu dimana para peserta mengambil tindakan, dan pengaruh konteks
ini terhadap tindakan mereka.
3.
Mengidentifikasi fenomena dan pengaruh yang
tidak terduga dan menghasilkan teori-teori baru. Penelitian kualitaif telah
lama digunakan untuk tujuan ini yang mana para peneliti melakukan survei dan
experiment, dimana para peneliti sering melakukan studi kualitatif untuk membantu
mereka dalam merancang kuesioner dan mengidentifikasi variabel untuk penelitian
experiment.
4.
Memahami
proses terjadinya suatu peristiwa dan tindakan (actions) tertentu.
5.
Mengembangkan
penjelasan sebab akibat.
Chapter III: Konteks Konseptual (What do you think is going on?)
Konteks konseptual dalam penelitian atau dapat disebut dengan the
system of concept, assumptions, expectations, beliefs dan theories yang
menerangkan penelitianmu hal tersebut merupakan bagian penting dari desain
peneliatian. Konteks ini juga sering disebut conceptual framework.
Hal yang paling
penting untuk memahami konteks konseptual adalah perumusan tentang apa yang
kamu pikirkan sedang terjadi dengan fenomena yang kamu pelajari. Teori tentatif
tentang apa yan terjadi dan mengapa. Fungsi dari teori ini adalah untuk memberi
informasi kepada desain peneliti untuk membantu peneliti menilai tujuan,
mengembangkan dan memilih pertanyaan dan metode penelitian yang realistis dan
relevan, dan mengidentifikasi potensi ancaman validitas pada kesimpulan.
Menurut Joseph konteks konseptual Anda adalah teori, yang kadang-kadang disebut
kerangka teori untuk penelitian ini.
Beberapa penulis
memberi label bagian ini yaitu desain penelitian atau proposal tinjauan
literatur. Ini bisa menjadi istilah yang menyesatkan berbahaya. Dalam membangun
bagian dari desain ini, peneliti tidak harus meringkas beberapa publikasi
empiris dari publikasi teoretis, karena tiga alasan:
1.
Hal
yang dapat mengarah pada fokus yang sempit pada literatur, mengabaikan sumber
konseptual lain yang mungkin sama atau lebih penting untuk studi peneliti.
2.
Cenderung
menghasilkan strategi yang mencakup bidang daripada berfokus secara khusus pada
studi-studi dan teori-teori yang sangat relevan dengan penelitian peneliti. Tinjauan
literatur yang kehilangan pandangan akan kebutuhan akan relevansi ini sering
kali berubah menjadi serangkaian laporan buku tentang literatur, tanpa adanya
hubungan atau argumen yang jelas. Studi yang relevan mungkin hanya sebagian
kecil dari penelitian di bidang yang ditentukan, dan mereka dapat berkisar di
sejumlah disiplin ilmu dan pendekatan yang berbeda. Pada kenyataannya, cara
paling produktif untuk membangun konteks konseptual sering kali adalah mereka
yang memadukan berbagai pendekatan, jalur investigasi, atau teori yang
sebelumnya tidak ada yang terhubung.
3.
Hal
dapat membuat peneliti berpikir bahwa tugas nya hanyalah deskriptif-untuk
memberi tahu apa yang telah ditemukan peneliti sebelumnya atau teori apa yang
telah diajukan. Dalam membangun konteks konseptual, tujuan peneliti tidak hanya
deskriptif, tetapi juga kritis, peneliti perlu memahami apa masalah yang telah
terjadi dengan penelitian dan teori sebelumnya, apa kontradiksi yang peneliti temukan
dalam pandangan yang ada, dan bagaimana studi peneliti dapat membuat yang asli
kontribusi untuk pemahaman kita.
Ada empat sumber
utama untuk modul yang dapat digunakan untuk membangun konteks konseptual untuk
studi kamu: pengetahuan pengalaman sendiri, teori dan penelitian yang ada,
penelitian pilot dan eksplorasi, dan eksperimen pemikiran.
1.
Experiential Knowledge (Pengetahuan Pengalaman)
Secara
tradisional, apa yang peneliti bawa ke penelitian dari latar belakang dan
identitas peneliti telah diperlakukan sebagai bias, sesuatu yang pengaruhnya
perlu dihilangkan dari desain, daripada komponen yang berharga dari itu. Ini
benar sampai batas tertentu bahkan dalam penelitian kualitatif, di mana telah
lama diakui bahwa peneliti adalah instrumen penelitian. Bertentangan dengan
pandangan ini, C. Wright Mills (1959), dalam esai klasik, berpendapat bahwa
para sarjana yang paling mengagumkan dalam komunitas ilmiah, tidak memisahkan
pekerjaan mereka dari kehidupan mereka. Mereka tampaknya menganggap keduanya
terlalu serius untuk memungkinkan pemisahan seperti itu, dan mereka ingin
menggunakan masing-masing untuk memperkaya yang lain.
Memisahkan
penelitian Anda dari aspek kehidupan Anda yang lain membuat Anda terputus dari
sumber utama wawasan, hipotesis, dan pemeriksaan validitas. Alan Peshkin, yang
mendiskusikan peran subjektivitas dalam penelitian yang telah dilakukannya,
menyimpulkan bahwa subjektivitas adalah sesuatu untuk bermanfaat. Penggabungan
secara eksplisit identitas dan pengalaman peneliti dalam penelitian kamu
baru-baru ini memperoleh dukungan teoretis dan filosofis yang jauh lebih luas.
Filsuf Hilary Putnam berpendapat bahwa pandangan yang merupakan satu-satunya
catatan objektif yang benar. Pandangan apa pun adalah pandangan dari beberapa
perspektif, dan karena itu menggabungkan sikap pengamat.
2.
Existing
Theory and Research (Teori dan Penelitian yang Ada)
Sumber utama kedua
modul untuk konteks konseptual adalah teori dan penelitian yang ada, bukan
hanya karya yang diterbitkan tetapi teori orang lain dan penelitian empiris
secara keseluruhan. Joseph menggunakan istilah teori untuk merujuk pada sesuatu
yang jauh lebih luas daripada makna yang biasa dalam diskusi metode penelitian.
Secara teori, yang di maksud hanyalah seperangkat konsep dan hubungan yang
diusulkan di antara ini, struktur yang dimaksudkan untuk mewakili sesuatu
tentang dunia. Lecompte dan preissle menyatakan bahwa "berteori hanyalah
proses kognitif untuk menemukan atau memanipulasi kategori abstrak dan hubungan
di antara kategori-kategori".
Joseph membedakan
teori dengan dua hal, yaitu deskripsi dan interpretasi. Deskripsi hanyalah
narasi faktual tentang apa yang terjadi, pada tingkat abstraksi yang sangat
rendah. Hal itu bukan teori karena hubungan antara peristiwa-peristiwa itu
tidak abstrak atau jelas, tetapi hanya spasial dan kronologis; ia tidak
berusaha melampaui apa yang dapat diamati secara langsung atau secara
potensial. Misalnya, deskripsi tentang apa yang terjadi dalam pertemuan
tertentu akan mencakup penjelasan rinci tentang aspek fisik pengaturan,
tindakan orang-orang, dan kata-kata yang mereka ucapkan, tetapi tidak akan
melampaui ini untuk mengusulkan penjelasan tentang apa sedang terjadi, atau
untuk menyesuaikan ini ke dalam kerangka yang lebih abstrak.
Interpretasi,
seperti yang Joseph gunakan istilah yang juga berbeda dari teori. Hal itu
merujuk pada suatu penjelasan tentang makna yang diberikan kepada suatu situasi
atau peristiwa oleh orang-orang yang dipelajari, dalam istilah mereka sendiri.
Interpretasi dalam pengertian ini, bukan teori karena alasan yang sama bahwa
deskripsi bukan teori: itu hanya penjelasan konkret dari makna itu dan tidak
memiliki maksud yang jelas. Sebuah interpretasi dari pertemuan yang disebutkan
sebelumnya akan berusaha menyimpulkan makna yang dimiliki oleh pengaturan,
tindakan, dan kata-kata, untuk orang-orang dalam pertemuan ini, tetapi tidak
akan berusaha menjelaskan makna itu atau menyesuaikannya ke dalam kerangka yang
lebih abstrak.
Teori adalah
pernyataan tentang apa yang terjadi dengan fenomena yang ingin kamu pahami. Hal
itu tu bukan sekadar kerangka kerja, meskipun bisa menyediakan itu, melainkan
cerita tentang apa yang kamu pikir sedang terjadi dan mengapa. Teori yang
berguna adalah teori yang menceritakan kisah yang mencerahkan tentang beberapa
fenomena, yang memberi kamu wawasan baru dan memperluas pemahaman tentang
fenomena itu.
Istilah Grounded
Theory dari Glaser dan Strauss (1976) tidak merujuk pada tingkat teori
tertentu tetapi pada teori yang dikembangkan secara induktif selama penelitian
(atau serangkaian penelitian) dan dalam interaksi konstan dengan data dari
penelitian tersebut. Teori ini didasarkan pada data aktual yang dikumpulkan,
berbeda dengan teori yang dikembangkan secara konseptual dan kemudian hanya
diuji terhadap data empiris. Dalam penelitian kualitatif, baik teori yang ada
maupun teori yang dibumi adalah sah dan berharga.
3.
Pilot and exploratory studies (Studi percontohan dan eksplorasi)
Pilot studies (studi
percontohan) melayani beberapa fungsi yang sama dengan penelitian sebelumnya
tetapi mereka dapat lebih terfokus pada masalah dan teori anda sendiri. Peneliti
dapat merancang studi percontohan secara khusus untuk menguji ide-ide atau
metode peneliti dan mengeksplorasi implikasinya, atau untuk mengembangkan teori
ground secara induktif.
Ada satu kegunaan
tertentu yang pilot studies (studi percontohan) miliki dalam penelitian
kualitatif, yang penelitian sebelumnya juga dapat mencapai tetapi jauh lebih
kecil kemungkinannya. Penggunaan ini adalah untuk menghasilkan pemahaman
tentang konsep dan teori yang dipegang oleh orang yang peneliti pelajari, apa
yang Joseph sebut interpretasi (maxwell, 1992). Ini bukan sekadar sumber konsep
tambahan untuk teori, sejenis konsep yang disebut Strauss sebagai kode in-vivo.
Alih-alih, ini memberi peneliti pemahaman tentang makna yang dimiliki fenomena
dan peristiwa ini bagi para aktor yang terlibat di dalamnya, dan perspektif
yang menginformasikan tindakan mereka. Dalam studi kualitatif, makna dan
perspektif ini harus menjadi komponen kunci dari teori peneliti, bukan hanya
sumber wawasan teoretis dan blok penahan untuk yang terakhir.
4.
Thought Experiment
Eksperimen pemikiran memiliki tradisi panjang dan dihormati dalam
ilmu fisika (sebagian besar karya Einstein didasarkan pada eksperimen
pemikiran), tetapi mereka telah menerima sedikit perhatian dalam diskusi desain
penelitian, terutama desain penelitian kualitatif. Diskusi terbaik dari
eksperimen pemikiran dalam ilmu sosial menurut Joseph yaitu tentang Lave dan
March (1975), yang menggambarkan buku mereka sebagai "panduan praktis
untuk spekulasi". Menyatakan bahwa "spekulasi adalah jiwa dari
ilmu-ilmu sosial", mereka memberikan pengantar rinci untuk pengembangan
dan penggunaan model spekulatif.
Eksperimen
pemikiran memanfaatkan teori dan pengalaman untuk menjawab pertanyaan
"bagaimana jika", untuk mencari implikasi logis dari berbagai sifat
fenomena yang ingin peneliti pelajari. Keduanya dapat menguji teori peneliti
saat ini untuk masalah logis dan menghasilkan wawasan teoretis baru. Mereka
mendorong kreativitas dan rasa eksplorasi, dan mereka dapat membantu peneliti
untuk membuat eksplisit pengetahuan pengalaman yang sudah peneliti miliki,
akhirnya, mereka mudah dilakukan, setelah peneliti mengembangkan keterampilan.
Chapter IV: Pertanyaan Penelitian (What Do You Want To Understand?)
Pertanyaan
penelitian, apa yang secara spesifik ingin kamu pahami dengan melakukan studi
adalah jantung dari desain penelitian. mereka adalah satu komponen yang secara
langsung terhubung ke semua komponen lain dari desain. lebih dari aspek lain
dari desain kamu, pertanyaan penelitian akan memiliki pengaruh, dan harus
responsif terhadap studi, setiap bagian lain dari studi/penelitian.
Fungsi Pertanyaan Penelitian
Dalam proposal penelitian, fungsi research questions adalah
menjelaskan secara spesifik apa yang akan dipelajari atau dipahami oleh penelitian
kamu. Dalam desain penelitian, pertanyaan-pertanyaan penelitian melayani dua
fungsi penting lainnya: untuk membantu dalam memfokuskan studi (hubungan
pertanyaan dengan tujuan dan konteks konseptual) dan untuk memberikan panduan
tentang bagaimana melakukan nya (hubungan mereka dengan metode dan validitas).
Pertanyaan Penelitian Dan Jenis Pertanyaan Lainnya
Masalah umum dalam mengembangkan pertanyaan penelitian adalah
kebingungan antara masalah penelitian, apa yang ingin peneliti pahami dengan
melakukan studi, dan masalah praktis, apa yang ingin penelti capai.
Masalah-masalah praktis sebaiknya disimpan sebagai bagian dari tujuan peneliti,
daripada secara langsung dimasukkan dalam pertanyaan penelitian. Lecompte dan
Preissle menyatakan bahwa "membedakan antara tujuan dan pertanyaan
penelitian adalah masalah pertama" dalam menjawab pertanyaan penelitian
yang bisa diterapkan. Ini mungkin tugas yang lebih sulit daripada yang peneliti harapkan, karena itu memaksa
peneliti untuk fokus pada apa yang tidak ia ketahui tentang fenomena, daripada
apa yang peneliti tahu atau anggap peneliti tahu. Itu mengharuskan peneliti
untuk mengidentifikasi ketidaktahuan nya dan untuk menantang asumsi peneliti.
Perbedaan kedua, yang sangat penting untuk studi wawancara, adalah antara pertanyaan
penelitian dan pertanyaan wawancara. Pertanyaan penelitian mengidentifikasi
hal-hal yang ingin peneliti pahami, pertanyaan wawancara memberikan data yang
Anda perlu memahami hal-hal ini.
Chapter V: Metode
Penyusunan Ulang Studi Kualitatif
Salah satu masalah
terpenting dalam mendesain/merancang studi kualitatif adalah seberapa banyak
upaya yang harus dilakukan untuk menyusun ulang metode. Banyak peneliti
kualitatif percaya bahwa, karena penelitian kualitatif selalu bersifat induktif
dan membumi, setiap penataan/penyusunan ulang yang signifikan dari
metode-metode tersebut mengarah pada kurangnya fleksibilitas untuk menanggapi
wawasan yang muncul dalam memahami data. Keputusan ini sering dibenarkan atas
dasar filosofis atau politik, serta pendekatan terstruktur diidentifikasi
dengan penelitian kuantitatif, positivisme, atau ketidaksetaraan kekuasaan
antara peneliti dan yang diteliti. Pilihan antara metode terstruktur dan tidak
terstruktur jarang dibahas dengan cara yang mengklarifikasi kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Pendekatan
terstruktur dapat membantu memastikan komparabilitas data lintas sumber dan
peneliti dan karenanya sangat berguna dalam menjawab pertanyaan bervarian,
pertanyaan yang berhubungan dengan perbedaan antara hal-hal dan penjelasannya.
Sebaliknya, pendekatan yang tidak terstruktur memungkinkan peneliti untuk fokus
pada fenomena tertentu yang dipelajari, mereka memperdagangkan generalisasi dan
komparabilitas untuk validitas internal dan pemahaman kontekstual dan sangat berguna
dalam memahami proses yang mengarah pada hasil spesifik.
Joseph melihat
metode kualitatif dengan apa yang akan peneliti lakukan dalam melakukan studi
kualitatif memiliki empat komponen utama, yaitu :
·
hubungan
penelitian yang kamu bangun dengan yang kamu pelajari
·
sampling:
waktu, pengaturan, atau individu yang kamu pilih untuk diamati atau
diwawancarai dan sumber informasi apa yang kamu putuskan untuk digunakan
·
pengumpulan data: bagaimana kamu mengumpulkan informasi
yang akan kamu gunakan
·
analisis
data: apa yang kamu lakukan dengan informasi (yang kamu dapatkan) untuk
membuatnya masuk akal
Semua komponen ini adalah aspek
penting dari bagaimana peneliti melakukan studi/penelitian, dan mempengaruhi
nilai dan validitas kesimpulan peneliti. Oleh karena itu, berguna untuk
memikirkan ini sebagai masalah keputusan desain kunci yang harus peneliti
pertimbangkan dalam merencanakan studi, dan bahwa peneliti harus memikirkan
kembali ketika peneliti terlibat di dalamnya.
Negosiasi Hubungan Penelitian
Hubungan
penelitian yang peneliti buat dengan yang peneliti pelajari sering
dikonseptualisasikan sebagai memperoleh entry pengaturan, atau membangun
hubungan dengan peserta. Menurut Joseph ini adalah cara berpikir yang
menyesatkan tentang aspek penelitian kamu. Istilah entri negosiasi (Marshall
& Rossman, 1994) atau gaining access mendapatkan akses (Bogdan &
Biklen, 1992, Glesne & Peshkin 1992) mengusulkan bahwa ini adalah peristiwa
tunggal yang apabila sekali dicapai, tidak memerlukan pemikiran lebih lanjut, ketentuan
ini terus-menerus dinegosiasikan/dirundingkan dan negosiasi ulang hubungan peneliti
yang memungkinkan peneliti untuk secara etis mempelajari hal-hal yang perlu di
pelajari untuk menjawab pertanyaan penelitian secara valid.
Seorang informan
dapat sangat terlibat secara intelektual dalam sebuah wawancara tetapi tidak
mengungkapkan sesuatu yang sangat pribadi, dan untuk beberapa penelitian,
hubungan semacam ini mungkin ideal. Sebaliknya, orang mungkin sangat terbuka
tentang masalah-masalah pribadi kepada orang asing yang tidak pernah mereka
harapkan untuk dilihat lagi tetapi mungkin tidak mau terlibat dalam refleksi
kritis apa pun atas materi ini.
Hubungan peneliti dengan orang-orang yang peneliti pelajari adalah
entitas yang kompleks dan berubah. Dalam studi kualitatif, peneliti adalah
instrumen penelitian, dan hubungan penelitian adalah sarana yang digunakan
untuk melakukan penelitian. Hubungan ini memiliki efek tidak hanya pada peserta
dalam penelitian ini, tetapi pada peneliti dan pada bagian lain dari desain
penelitian. Hammersley dan Atkinson (1983) menggunakan istilah refleksivitas
untuk melabeli pengakuan bahwa peneliti adalah bagian dari fenomena yang
dipelajari.
Keputusan
Tentang Pengambilan Sampel: Dimana, Kapan, Siapa, dan Apa
Kapan pun peneliti memiliki pilihan tentang kapan dan di mana harus
diamati, ke siapa harus diajak bicara, atau sumber informasi apa yang akan peneliti
fokuskan, peneliti dihadapkan dengan keputusan pengambilan sampel.
Ingat bahwa peneliti
tidak hanya mengambil sampel orang, tetapi juga pengaturan, acara, dan proses.
Penting untuk menyejajarkan parameter-parameter ini dengan pertanyaan
penelitian juga, dan untuk mempertimbangkan apakah pilihan peneliti melakukan pekerjaan
yang representatif dan hemat waktu untuk menjawabnya. Pengaturan, peristiwa,
atau proses yang muncul dengan cepat di awal studi mungkin bukan yang paling
relevan atau kaya data. Tinjauan sistematis dapat mempertajam pilihan awal dan
nanti.
Setidaknya
ada empat tujuan yang mungkin untuk pengambilan sampel, yang pertama adalah
mencapai keterwakilan atau tipikal pengaturan, individu, atau kegiatan yang
dipilih. Karena, pengambilan sampel acak cenderung mencapai ini hanya dengan
ukuran sampel yang besar, biasanya lebih masuk akal dalam penelitian skala
kecil untuk secara sengaja memilih kasus, individu, atau situasi yang diketahui
tipikal. Sampel kecil yang telah dipilih secara sistematis untuk tipikal dan
homogenitas relatif memberikan jauh lebih percaya diri bahwa kesimpulan yang
memadai mewakili rata-rata anggota populasi daripada sampel dengan ukuran yang
sama yang memasukkan variasi acak atau kebetulan yang substansial.
Tujuan
kedua yang dapat dicapai oleh pengambilan sampel yang bertujuan adalah
kebalikan dari yang pertama, untuk memadai menangkap heterogenitas dalam
populasi. Tujuannya di sini adalah untuk memastikan bahwa kesimpulan secara
memadai mewakili seluruh rentang variasi, bukan hanya anggota biasa atau
beberapa bagian dari rentang ini; Guba dan Lincoln (Miles dan Huberman)
menyebut ini sebagai sampling variasi maksimum. Ini paling baik dilakukan
dengan mendefinisikan dimensi variasi dalam populasi yang paling relevan dengan
studi dan secara sistematis memilih individu, waktu, atau latar yang mewakili
variasi paling penting yang mungkin pada dimensi ini. Proses ini mirip dengan
yang digunakan untuk stratified random sampling, perbedaan utama adalah
bahwa seleksi akhir lebih disengaja daripada acak. Trade-off antara pendekatan
ini dan memilih sampel yang lebih homogen adalah bahwa peneliti memiliki lebih
sedikit data tentang jenis kasus tertentu, pengaturan, atau individu dalam
penelitian ini dan tidak akan dapat mengatakan secara mendalam tentang contoh
umum atau contoh modal.
Tujuan
ketiga yang mungkin adalah memilih sampel dengan sengaja memeriksa kasus-kasus
yang penting untuk teori-teori yang peneliti gunakan untuk memulai studi, atau
yang kemudian peneliti kembangkan.
Tujuan
keempat dalam pengambilan sampel yang disengaja dapat untuk membuat
perbandingan tertentu untuk menggambarkan alasan perbedaan antara pengaturan
atau individu. Meskipun perbandingan semacam itu kurang umum dalam penelitian
kualitatif dibandingkan dengan pendekatan lain, penggunaan perbandingan
terkontrol memiliki sejarah panjang dan dihormati dalam antropologi dan umum
dalam penelitian kualitatif multisase.
Decisions About Data Collection (Keputusan Tentang Koleksi
Data)
Sebagian besar metode kualitatif teks
menyediakan ruang yang cukup untuk kekuatan dan keterbatasan metode pengumpulan
data kualitatif yang berbeda, dan Joseph menawarkan dua masalah konseptual
utama dalam memilih dan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda:
hubungan antara pertanyaan penelitian dan metode pengumpulan data dan triangulasi
metode yang berbeda. (keuntungan relatif dari metode terstruktur dan tidak
terstruktur, yang juga merupakan pertimbangan penting dalam perencanaan metode
pengumpulan data.
Hubungan Antara Pertanyaan
Penelitian Dan Metode Pengumpulan Data
Poin yang ditekankan di sini
adalah bahwa tidak ada kesamaan yang diperlukan atau hubungan deduktif antara
pertanyaan penelitian dan metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data
(termasuk pertanyaan wawancara), keduanya adalah bagian yang berbeda dan
terpisah dari desain peneliti. Ini bisa menjadi sumber kebingungan, karena
peneliti sering berbicara tentang "mengoperasionalkan" pertanyaan
penelitian mereka, atau "menerjemahkan" pertanyaan penelitian menjadi
pertanyaan wawancara. Bahasa semacam itu merupakan sisa pandangan positivis
logis tentang hubungan antara teori dan data, pandangan yang hampir sepenuhnya
ditinggalkan oleh para filsuf (phillips, 1987). Kesadaran praktis dari
perubahan filosofis ini adalah bahwa tidak ada cara untuk secara logis atau
mekanis mengubah pertanyaan penelitian menjadi metode, metode peneliti adalah
sarana untuk menjawab pertanyaan penelitian peneliti, bukan transformasi logis
dari surat itu. Pilihan mereka tidak hanya tergantung pada pertanyaan
penelitian tetapi pada situasi penelitian aktual dan apa yang akan bekerja
paling efektif dalam situasi itu untuk memberi data yang peneliti butuhkan.
Ada
dua implikasi penting dari kurangnya kesamaan antara pertanyaan penelitian dan
pertanyaan wawancara. Pertama, anda perlu mengantisipasi, sebaik mungkin,
bagaimana pertanyaan wawancara tertentu akan benar-benar bekerja dalam
praktiknya, bagaimana orang akan memahaminya dan bagaimana mereka akan
merespons. Cobalah untuk menempatkan diri kamu/peneliti di tempat informan dan
bayangkan bagaimana kamu akan bereaksi terhadap pertanyaan-pertanyaan ini. (ini
adalah penggunaan lain dari eksperimen pemikiran). Kedua, jika mungkin, kamu
harus menguji coba panduan wawancara dengan orang-orang sebanyak mungkin
informan terencana anda, untuk menentukan apakah pertanyaan-pertanyaan itu
berfungsi sebagaimana dimaksud dan revisi apa yang perlu peneliti lakukan.
Triangulation Of Data Collection
Methods
Dexter
berpendapat bahwa "tidak ada yang harus merencanakan atau membiayai
seluruh studi di muka dengan harapan mengandalkan wawancara untuk data kecuali
jika pewawancara memiliki latar belakang yang cukup relevan untuk memastikan
bahwa mereka dapat masuk akal dari percakapan wawancara atau kecuali ada
harapan yang masuk akal untuk dapat berkeliaran atau dengan cara tertentu
mengamati untuk mempelajari apa yang bermakna dan penting untuk ditanyakan.
Contoh
ini menggambarkan prinsip umum yang dikenal sebagai triangulasi: mengumpulkan
informasi dari beragam individu dan lingkungan, menggunakan berbagai metode
(Denzim). Ini mengurangi risiko bahwa kesimpulan Anda hanya akan mencerminkan
bias sistematis atau batasan metode tertentu, dan memungkinkan Anda untuk
mendapatkan penilaian yang lebih baik tentang validitas dan generalisasi dari
penjelasan yang peneliti kembangkan.
Satu
kepercayaan yang menghambat triangulasi adalah anggapan luas bahwa pengamatan
terutama berguna untuk mendapatkan deskripsi perilaku dan peristiwa, sedangkan
wawancara terutama bermanfaat untuk mendapatkan perspektif aktor. Memang benar
bahwa hasil pengamatan langsung adalah deskripsi, tetapi ini juga berlaku untuk
wawancara: yang terakhir memberi peneliti deskripsi tentang apa yang dikatakan
informan, bukan pemahaman langsung tentang perspektif mereka. Menghasilkan
interpretasi terhadap perspektif seseorang secara inheren merupakan masalah
kesimpulan dari deskripsi perilakunya (termasuk perilaku verbal), apakah data
tersebut berasal dari pengamatan, wawancara, atau sumber lain seperti dokumen
tertulis (Maxwell).
Observasi
seringkali memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan tentang makna dan
perspektif seseorang yang tidak dapat di peroleh dengan hanya mengandalkan data
wawancara. Ini terutama berlaku untuk mendapatkan pemahaman diam-diam dan
teori-dalam penggunaan, serta aspek-aspek perspektif peserta bahwa mereka
enggan menyatakan secara langsung dalam wawancara. Misalnya, menonton bagaimana
seorang guru menanggapi pertanyaan anak laki-laki dan perempuan di kelas sains
dapat memberikan pemahaman yang jauh lebih baik tentang pandangan aktual guru
tentang gender dan sains daripada apa yang dikatakan guru dalam wawancara.
Sebaliknya,
wawancara bisa menjadi cara yang berharga (satu-satunya cara, untuk peristiwa
yang terjadi di masa lalu atau yang peneliti tidak bisa mendapatkan akses
pengamatan) untuk mendapatkan deskripsi tindakan dan peristiwa. Ini dapat
memberikan informasi tambahan yang terlewatkan dalam pengamatan dan dapat
digunakan untuk memeriksa keakuratan pengamatan. Namun, agar wawancara
bermanfaat untuk tujuan ini, peneliti perlu bertanya tentang peristiwa dan
tindakan spesifik, alih-alih mengajukan pertanyaan yang hanya menghasilkan
generalisasi atau opini abstrak. Dalam kedua kasus ini, triangulasi pengamatan
dan wawancara dapat memberikan akun yang lebih lengkap dan akurat daripada yang
bisa dilakukan sendiri.
Decisions About Data Analysis
Analisis
seringkali secara konseptual terpisah dari desain, terutama oleh penulis yang
melihat desain sebagai apa yang terjadi sebelum data sebenarnya dikumpulkan. Di
sini, saya memperlakukan analisis sebagai bagian dari desain, dan sebagai
sesuatu yang harus dirancang sendiri. Setiap studi kualitatif memerlukan
keputusan tentang bagaimana analisis akan dilakukan, dan keputusan ini
memengaruhi, dan dipengaruhi oleh, sisa desain. Pembahasan analisis seringkali
merupakan bagian terlemah dari proposal kualitatif.
Salah
satu masalah paling umum dalam studi kualitatif adalah membiarkan catatan
lapangan dan transkrip yang belum dianalisis menumpuk, menjadikan tugas
analisis akhir jauh lebih sulit dan mengecewakan. Ada pepatah pendaki gunung
bahwa pendaki berpengalaman mulai makan siang segera setelah selesai sarapan
dan terus makan siang selama dia terjaga, berhenti sebentar untuk makan malam
(manning, 1960). Dengan cara yang sama, peneliti kualitatif yang berpengalaman
memulai analisis data segera setelah menyelesaikan wawancara atau pengamatan
pertama dan terus menganalisis data selama dia mengerjakan penelitian, berhenti
sebentar untuk menulis laporan dan makalah. Alasan Heinrich untuk segera menganalisis
data biologisnya berlaku sama untuk ilmu sosial:
"pada proyek penelitian saya
biasanya mencoba membuat grafik data saya pada hari yang sama saya
mengumpulkannya. Dari hari ke hari poin-poin pada grafik memberi tahu saya
tentang kemajuan saya. itu seperti rubah mengejar kelinci. grafik adalah jalur
kelinci, dan aku harus tetap dekat dengan kelinci itu. Aku harus bisa bereaksi
dan mengubah arah sering. juga, karena alam itu kompleks aku membiarkannya
menuntunku, berusaha untuk tidak terlalu jauh ke depan, sehingga aku tidak
perlu mundur. "
Langkah
awal dalam analisis kualitatif adalah membaca transkrip wawancara, catatan
observasi, atau dokumen yang akan dianalisis. Mendengarkan kaset wawancara
sebelum menyalin wawancara atau menulis ulang dan mengatur kembali catatan
observasi kasar anda. Selama membaca atau mendengarkan ini, peneliti harus menulis catatan dan memo tentang apa
yang peneliti lihat atau dengar dalam data dan kembangkan ide tentatif tentang
kategori dan hubungan.
Chapter VI: Validity (How might you be wrong?)
Pandangan bahwa
metode dapat menjamin validitas adalah karakteristik dari bentuk-bentuk awal
positivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah pada akhirnya dapat
direduksi menjadi sistem logis yang didasarkan secara aman pada data indra yang
tidak dapat dibantah. Posisi ini telah banyak ditinggalkan oleh para filsuf,
dan ahli metodologi juga menjadi semakin sadar akan masalah yang diciptakan
oleh pandangan ini. Validitas adalah tujuan daripada produk, tidak pernah sesuatu
yang dapat dibuktikan atau diterima begitu saja. Validitas juga relatif, harus
dinilai dalam kaitannya dengan tujuan dan keadaan penelitian, daripada menjadi
properti-metode atau kesimpulan yang independen konteks. Akhirnya, ancaman
validitas dibuat tidak masuk akal dengan bukti, bukan metode, metode hanya cara
mendapatkan bukti yang dapat membantu peneliti mengesampingkan ancaman ini.
Pandangan ini
bahwa validitas tidak dapat berasimilasi dengan metode adalah salah satu dari
dua alasan utama bahwa, Joseph telah membuat validitas komponen berbeda dari
desain kualitatif, terpisah dari metode. Alasan kedua adalah pragmatis:
validitas secara umum diakui sebagai masalah utama dalam desain penelitian, dan
ia pikir bahwa sangat penting untuk
secara eksplisit ditangani. Przeworski dan Salomon mengidentifikasi, sebagai
salah satu dari tiga pertanyaan yang diajukan oleh pembaca, "bagaimana
kita akan tahu bahwa kesimpulannya valid?" dan Bosk, dalam studi pelatihan
profesional ahli bedah, menyatakan bahwa "semua kerja lapangan yang
dilakukan oleh satu pekerja lapangan mengundang pertanyaan, mengapa kita harus
memercayainya ?. Kurangnya perhatian eksplisit terhadap ancaman validitas
adalah alasan umum untuk penolakan proposal penelitian, menjadikan validitas
sebagai komponen formal desain dapat membantu peneliti mengatasi masalah ini.
Jenis-Jenis Validitas Dalam Penelitian Kualitatif
Deskripsi. Ancaman utama
terhadap deskripsi yang valid, dalam arti menggambarkan apa yang peneliti lihat
dan dengar, adalah ketidakakuratan atau ketidaklengkapan data. Rekaman audio
atau video dari pengamatan dan wawancara, dan transkripsi kata-kata dari
rekaman ini, sebagian besar memecahkan masalah ini, jika peneliti tidak
melakukan ini, itu merupakan ancaman serius yang serius terhadap validitas
studi. Jika deskripsi peneliti tentang apa yang peneliti amati, atau wawancara
yang peneliti lakukan, tidak valid, maka setiap interpretasi atau kesimpulan
yang peneliti ambil dari deskripsi ini dipertanyakan. Untuk alasan ini, peneliti
harus selalu merekam dan menyalin wawancara kecuali ada alasan kuat untuk tidak
melakukannya. jika kurangnya waktu atau sumber daya untuk menyalin adalah
masalah, rekaman masih lebih disukai daripada tidak merekam, peneliti selalu
dapat mendengarkan kaset. untuk pengamatan, perekaman lebih sulit dilakukan dan
lebih sulit untuk ditranskripsikan, tetapi harus selalu dianggap sebagai
pilihan, jika peneliti tidak merekamnya, peneliti perlu membuat catatan
pengamatan sedetail, konkret, dan kronologis mungkin.
Interpretasi.
Ancaman utama terhadap interpretasi yang valid adalah memaksakan kerangka kerja
atau makna sendiri, daripada memahami perspektif orang yang diteliti dan makna
yang mereka lampirkan pada kata-kata dan tindakan mereka. Ada beberapa cara
yang terjadi: tidak mendengarkan makna peserta, tidak menyadari dan mengurung
kerangka kerja dan asumsi anda sendiri, mengajukan pertanyaan terkemuka,
tertutup, atau jawaban singkat yang tidak memberikan peserta kesempatan untuk
mengungkapkan perspektif mereka sendiri. Pemeriksaan paling penting tentang
ancaman validitas semacam itu adalah untuk secara serius dan sistematis mencoba
mempelajari bagaimana para peserta dalam studi anda memahami apa yang sedang
terjadi, daripada mengotak-atik kata-kata dan tindakan mereka dalam kerangka
kerja peneliti sendiri.
Teori.
Ancaman paling serius terhadap validitas teoretis suatu akun adalah tidak
mengumpulkan atau memperhatikan data yang berbeda, atau tidak mempertimbangkan
penjelasan alternatif atau pemahaman tentang fenomena yang sedang peneliti
pelajari. Pelto berpendapat bahwa masalah utama dalam penelitian antropologis
adalah pembentukan proposisi yang kabur dan abstrak melalui bukti anekdotal,
tanpa pertimbangan apa yang dapat membantah proposisi ini, mereka mengklaim bahwa
ini adalah alasan utama bahwa nilai-nilai pribadi antropolog sangat
berpengaruh.
Dua Ancaman Validitas Khusus: Bias
Dan Reaktifitas
Joseph berpendapat
bahwa peneliti kualitatif umumnya berurusan dengan ancaman validitas sebagai
peristiwa atau proses tertentu yang dapat mengarah pada kesimpulan yang tidak
valid, daripada sebagai variabel generik yang perlu dikendalikan. Ancaman
validitas terhadap kesimpulan studi kualitatif, seperti yang Cook dan Campbell
lakukan untuk studi kuasi-eksperimental. Mendiskusikan dua jenis ancaman
terhadap validitas yang sering diangkat dalam kaitannya dengan studi
kualitatif: bias peneliti, dan pengaruh penelitian pada latar atau individu
yang diteliti, umumnya dikenal sebagai reaktivitas.
Reasearch Bias
Dua ancaman
penting terhadap validitas kesimpulan kualitatif adalah pemilihan data yang
sesuai dengan teori atau prakonsepsi peneliti yang ada dan pemilihan data yang
"menonjol" bagi peneliti. Namun, jelas tidak mungkin untuk mengatasi
masalah ini dengan menghilangkan teori, prakonsepsi, atau nilai-nilai peneliti,
ketidakmungkinan ini adalah salah satu aspek dari apa yang disebut
refleksivitas inheren penelitian kualitatif. Biasanya tidak tepat untuk mencoba
menstandarkan peneliti untuk mencapai keandalan, penelitian kualitatif tidak
terutama berkaitan dengan menghilangkan varians antara peneliti dalam
nilai-nilai dan harapan yang mereka bawa ke dalam penelitian, tetapi dengan
memahami bagaimana nilai-nilai peneliti tertentu mempengaruhi perilaku dan
kesimpulan penelitian. Menjelaskan kemungkinan bias peneliti dan bagaimana
peneliti akan menghadapinya adalah tugas utama dari proposal penelitian.
Sebagai salah satu peneliti kualitatif, Fred Hess (komunikasi pribadi), telah
mengutarakannya, validitas dalam penelitian kualitatif bukanlah hasil dari
ketidakpedulian, tetapi dari intergritas.
Reactivity (Reaktivitas)
Pengaruh peneliti
pada pengaturan atau individu yang diteliti, masalah yang umumnya dikenal
sebagai reaktivitas, adalah masalah kedua yang sering diangkat tentang studi
kualitatif. Pendekatan terhadap reaktivitas sebagian besar penelitian
kuantitatif, mencoba mengendalikan efek dari peneliti, sesuai dengan perspektif
teori varians, di mana tujuannya adalah untuk mencegah variabel hasil. Namun,
menghilangkan pengaruh sebenarnya dari peneliti tidak mungkin, dan tujuan dalam
penelitian kualitatif bukanlah untuk menghilangkan pengaruh ini tetapi untuk
memahaminya dan menggunakannya secara produktif.
Untuk studi
observasi partisipan, reaktivitas pada umumnya tidak seserius ancaman seperti
yang diyakini sebagian orang. Becker menunjukkan bahwa dalam pengaturan alami,
seorang pengamat umumnya jauh lebih sedikit mempengaruhi perilaku peserta
daripada pengaturan itu sendiri (meskipun ada pengecualian yang jelas untuk
ini, seperti situasi di mana perilaku ilegal terjadi). Untuk wawancara,
sebaliknya, reaktivitas adalah pengaruh yang kuat dan tak terhindarkan; apa
yang dikatakan informan selalu merupakan fungsi pewawancara dan situasi
wawancara. Walaupun ada beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mencegah
perselisihan yang lebih tidak diinginkan ini, seperti menghindari pertanyaan
utama, mencoba meminimalkan efek anda bukanlah tujuan yang bermakna untuk
penelitian kualitatif. Seperti yang dibahas di atas untuk bias, yang penting
adalah memahami bagaimana anda memengaruhi apa yang dikatakan informan, dan
bagaimana hal ini memengaruhi validitas kesimpulan yang dapat anda tarik dari
wawancara.
Generalisasi Dalam Penelitian Kualitatif
Peneliti kualitatif biasanya mempelajari pengaturan tunggal atau
sejumlah kecil individu atau situs, menggunakan pengambilan sampel teoritis
atau purposive daripada probabilitas, dan mereka jarang membuat klaim eksplisit
tentang generalisasi akun mereka. Namun, penting untuk membedakan antara apa
yang saya sebut generalisasi internal dan eksternal (Maxwell, 1992).
Generabilitas internal mengacu pada generalisasi kesimpulan dalam pengaturan
atau kelompok yang dipelajari, sedangkan generalisasi eksternal jelas merupakan
masalah utama untuk studi kasus kualitatif; itu sesuai dengan apa yang cook dan
campbell (1979) sebut validitas kesimpulan statistik dalam penelitian
kuantitatif. Validitas deskriptif, interpretif, dan teoritis dari kesimpulan
semua tergantung pada generalisasi internal mereka untuk kasus secara
keseluruhan. Jika peneliti mempelajari pola interaksi antara guru dan siswa
dalam satu ruang kelas, akun peneliti dari ruang kelas itu secara keseluruhan
terancam jika peneliti secara selektif berfokus pada siswa atau jenis interaksi
tertentu dan mengabaikan yang lain.
Sebaliknya,
generazabilitas eksternal seringkali bukan merupakan masalah penting untuk
studi kualitatif. Memang, nilai studi kualitatif mungkin tergantung pada
kurangnya generazabilitas eksternal, dalam arti mewakili populasi yang lebih
besar, itu mungkin menyediakan akun pengaturan atau populasi yang menerangi
sebagai kasus ekstrim atau tipe ideal. Eliot Freidson, untuk studinya tentang
kontrol sosial di antara dokter, memilih praktik kelompok yang tidak lazim,
yang dikelola oleh dokter yang terlatih lebih baik dan yang pandangannya lebih
progresif daripada biasanya, dan yang disusun secara tepat untuk menangani
masalah yang sedang ia tangani . Dia berpendapat bahwa studinya memberikan
kontribusi penting bagi teori dan kebijakan justru karena ini adalah kelompok
yang kontrol sosialnya pada praktik seharusnya paling efektif. Kegagalan
kontrol semacam itu dalam kasus ini tidak hanya menyoroti proses sosial yang
mungkin ada dalam kelompok lain, tetapi juga memberikan argumen-argumen yang
lebih persuasif untuk ketidakberlakuan kontrol semacam itu daripada studi
kelompok perwakilan.
Ini tidak berarti
bahwa studi kualitatif tidak pernah dapat digeneralisasikan di luar pengaturan
atau informan yang diteliti. Pertama, penelitian kualitatif sering memiliki apa
yang disebut Judith Singer (komunikasi pribadi) disebut generalisasi; tidak ada
alasan yang jelas untuk tidak percaya bahwa hasilnya berlaku lebih umum. Kedua,
generalisasi studi kuantitatif biasanya didasarkan, bukan pada pengambilan
sampel eksplisit dari beberapa populasi tertentu yang hasilnya dapat diperluas,
tetapi pada pengembangan teori yang dapat diperluas, tetapi pada pengembangan
teori yang dapat diperluas untuk kasus lain. Ketiga, daftarkan sejumlah fitur
yang memungkinkan masuk akal untuk generalisasi dari studi kasus atau sampel
nonrandom, termasuk penilaian responden sendiri tentang generalisasi, kesamaan
dinamika dan kendala dengan situasi lain, Dept yang dianggap atau universalitas
dari fenomena yang diteliti, dan bukti yang menguatkan dari yang lain. Studi.
Semua karakteristik ini dapat memberikan kredibilitas untuk generalisasi dari
studi kualitatif, tetapi tidak ada yang mengizinkan jenis ekstrapolasi hasil
yang tepat untuk populasi yang ditentukan yang memungkinkan pengambilan sampel
secara probabilitas.
Komentar
Posting Komentar