IBNU ABBAS
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu tafsir merupakan ilmu untuk menjelaskan dan menguraikan maksud
yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. Ilmu tafsir mengalami perkembangan
dari masa ke masa, mulai dari bentuk, corak dan metedologinya.para ahli tafsir
memiliki arah sendiri-sendiri yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an. Berbeda
dengan Kitab tafsir lain yang menuangkan
pikiran masing-masing dalam menafsirkan dan memahami ayat-ayat al-Qur’an, kitab
tafsir Tanwir al-Miqbas min tafsiri Ibn Abbas merupakan kitab tafsir
yang dihimpun oleh Fairuzabadi dari riwayat-riwayat Ibn Abbas, bukan ditulis
oleh Ibn Abbas. Al-Fairuzabadi mengumpulkan riwayat-riwayat Ibn Abbas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Ibn Abbas
Nama lengkap Ibn
Abbas yaitu Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf
al-Quraisyi al-Hasyimi, putra paman Rasulullah saw. Ibunya bernama Ummu
al-Fadhl Lubanah binti al-Harits al-Hilaliah. Ia dilahirkan ketika Bani Hasyim
berada di Syi’ib, tiga atau lima tahun sebelum hijrah. Namun pendapat pertama
lebih kuat. Ibn Abbas menunaikan ibadah haji pada tahun Utsman bin Affan
terbunuh, atas perintah Ustman. Ketika terjadi perang Siffin, ia berada di
al-Maisarah, kemudian diangkat menjadi gubernur Bashrah dan selanjutnya menetap
disana sampai Ali terbunuh. Kemudian ia mengangkat Abdullah bin Harits sebagai
penggantinya, menjadi gubernur Bashrah, dan Ibn Abbas pergi ke Hijaz. Ia wafat
di Thaif pada 65 H. Pendapat lain mengatakan, pada tahun 67 atau 68 H. Namun
pendapat akhir inilah yang dipandang shahih oleh jumhur ulama. Al-Waqidi
menerangkan, tidak ada selisih pendapat diantara para imam bahwa Ibn Abbas
dilahirkan di Syi’ib ketika kaum Quraisy memboikot Bani Hasyim, dan ketika Nabi
wafat ia berusia tiga belas tahun.[1]
Ibn Abbas dikenal
dengan beberapa julukan, yaitu turjuman al-Qur’an, habr al-ummah (ulama
umat), bahr al- ilm (lautan ilmu), dan rais al-mufassirin (pemimpin
para mufassir). Umar bin Khattab sendiri sangat menghormati dan percaya
terhadap tafsir-tafsirnya. Pada beberapa bagian tafsirnya, Ibn Abbas terkadang
mengutip keterangan-keterangan dari Ahli Kitab yang dianggapnya memiliki
beberapa kesesuaian antara al-Qur’an dan Injil. Namun sangat terbatas.
Al-Baihaqi dalam al-Dala’il meriwayatkan dari Ibn Mas’ud, “Penafsir
al-Qur’an terbaik adalah Ibn Abbas”. Abu Nu’aim meriwayatkan keterangan dari
Mujahid, Ibn Abbas dijuluki dengan al-Bahr (lautan) karena banyak dan
luas ilmunya. Ibn Sa’ad meriwayatkan pula dengan sanad yang shahih dari Yahya
bin Sai’id al-Anshari, “ketika Zaid bin Tsabit wafat, Abu Hurairah berkata,
“orang paling pandai umat ini telah wafat dan semoga Allah jadikan Ibn Abbas
sebagai penggantinya”.[2]
B.
Biografi al-Fairuzabadi
Nama lengkap al-Fairuzabadi adalah Muhammad bin Ya’kub bin Muhammad
bin Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakr bin Idris bin Ibn Fadhlullah bin Abi
Ishaq Umar al-Syirazi. Ia dikenal dengan sebutan al-Fairuzabadi, Majduddin, dan
Abu Thahir. Lahir di Karazun sebuah kota di Pesia antaraal-Bahr dan Syiraz paa
bulan Rabi’ al-akhir, ada yang menyatakan Jumad al-akhir 729 H. Ayahnya seorang
ahli Bahasa dan sastra di Syiraz. Ia telah menghafal al-Qur’an dan menggeluti
literatur bahasa dan sastra kala berusia 7 tahun. [3]
Al-Fairuzabadi
mengembara didunia Islam dalam rangka membekali diri dengan wawasan keislaman.
Mula-mula ia pergi ke Baghdad, dan dikota itu ia belajar kepada Taj al-Din
Muhammad bin al-Sabbak. Kemudian, al-Fairuzabadi melajutkan rihlah ilmiahnya ke
Damaskus, ia belajar kepada lebih dari 100 guru, selanjutnya ke Kairo, wilayah
utara dan timur belajar kepada al-Jamal al-Asnawi. Ibn Hisyam, al-Baha’ bin
Uqail dan beberapa ulama lain dan kota al-Quds yang membawa puncak kemasyhuran,
karena dikota tersebut ia mulai mengajar dan menerbitkan karya-karyanya.
Perjalanan ilmial Fairuzabadi terus berlangsung terus hingga memasuki wilayah
Tenggara menuju Roma, India, dan kembali lewat Yaman bermaksud menuju Kota
Makkah.[4]
Di antara
karya-karya nya yang tersebar antara lain dibidang tafsir, hadis, tarikh,
bahasa dan sastra. Diantara nya yaitu :
·
tanwir
al-Miqbas min Tafsiri Ibn Abbas
·
al-Durr
al-Nudum al-Murshid ila Fadha’il al-Qur’an al-Adzim
·
Shawariq
al-Asrar al-Ulyah fi Sharh Mashariq al-Anwar al-Nubuwah
·
Nuzhah
al-Azhan fi Tarikh al-Asbihan dll.
C.
Kitab Tafsir Ibnu Abbas
Kitab tafsir yang
dinisbatkan kepada Ibn Abbas, yang disebut Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn
Abbas. Kitab tersebut telah dicetak ulang beberapa kali di Mesir. Kitab itu
dihimpun oleh Abu Tahir Muhammad bin Ya’kub al-Fairuzabadi as-Syafi’i, penyusun
kamus al-Muhith.
Riwayat dari Ibn
Abbas mengenai tafsir tidak terhitung banyaknya, dan apa yang dinukil darinya itu telah dihimpun dalam sebuah kitab tafsir
ringkas yang kurang sistematis. Didalamnya terdapat macam-macam riwayat dan
sanad, sanad terbaik adalah melalui jalur Ali bin Thalhah al-Hasyim, dari Ibn
Abbas. Sanad tersebut menjadi pedoman Bukhari dalam kitab shahih nya, begitu
juga dengan sanad dari jalur Qais bin Muslim al-Kufi, merupakan jalur sanad
yang tergolong jayyid dari Atha’
bin as-Saib.[5]
Di dalam kitab
tafsir yang disandarkan kepada Ibn Abbas terdapat beberapa kerancuan sanad.
Sanad paling rancu dan lemah, sanad melalui jalur al-Kalbi dan Abu Shalih.
Al-Kalbi sendiri adalah Abu an-Nashr Muhammad bin As-Saib wafat 146 H, jika sanad ini digabungkan
dengan riwayat Muhammad bin Marwan as-Suddin as-Shaghir, maka akan menjadi
sebagai silsilah al-Kadzib (mata rantai kebohongan). Demikian juga sanad
Muqatil bin Sualiman bin Bisyr al-Azdi, dikarenakan Muqatil terikat dengan
berbagai mazhab atau paham yang kurang baik.[6]
Sementara itu
sanad ad-Dhahak bin Muazim al-Kufi dari Ibn Abbas munqathi’ (terputus),
karena ad-Dhahak tidak berjumpa langsung dengan Ibn Abbas. Apabila digabungkan
kepadanya riwayat Bisyr bin Imarah, maka riwayat ini tetap lemah karena Bisyr
memang lemah. Sanad melalui al-Aufi, dan seterusnya dari Ibn Abbas banyak
dipergunakan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim, padahal al-Aufi itu seorang yang
lemah meskipun lemahnya tidak keterlaluan dan terkadang dinilai hasan oleh
al-Tarmidzi.
Menurut
Amin al-Khauli kitab tafsir tanwir al-Miqbas ditulis oleh Majd al-Din
al-Fairuzabadi yang juga penyusun kamus al-Muhith, sehingga kitab tafsir
Menurutnya dalam tafsir selain janggal oleh periwayatan juga penyandaran kata
atau tidak dikenalnya riwayat menjadikan kitab tersebut bukanlah susunan Ibn
Abbas sendiri melainkan riwayat beliau yang dikutip serangkaian jalur
periwayatan Fairuzabadi, hanya saja disandarkan kepada Ibn Abbas.[7]
Al-Fairuzabadi
berkata : Abdullah al-Siqah bin al-Ma’mun al-Harawi telah menyampaikan riwayat
kepada kami, ia (Abdullah) berkata : Ayahku telah menyampaikan riwayat kepada
kami, ia (ayahku) berkata : Abu Abdullah telah menyampaikan kepada kami, ia
(Abu Abdullah) berkata Abu Ubaidullah Mahmud bin Muhammad al-Razi menyampaikan
riwayat kepada kami, (Abu Ubaid) berkata: Ammar bin Abdullah bin majid
al-Harawi telah menyampaikan riwayat kepada kami, ia Ammar berkata: Ali bin
Ishaq al-Sammarkandi telah menyampaikan riwayat kepada kami dari Muhammad bin
Marwan dari al-Kalby dari Abi Salih dari Ibn Abbas ia berkata: . . .
Jalur
sanad diatas merupakan salah satu diantara jalur sanad yang meriwayatkan secara
khusus tafsir Ibn Abbas disamping jalur lain yang banyak jumlahnya. Dari
beberapa jalur tersebut ada yang menyatakan bahwa sanad yang paling baik adalah
melalui Ali bin Abi Thalhah al-Hashimi dari ibn Abbas.[8] Adapun
jalur al-Fairuzabadi diatas dinilai termasuk sanad yang rancu.
Menurut
penilaian beberapa peneliti, riwayat Ali
bin Abi Thalhah tersebut tidak didengar langsung dari Ibn Abbas, sebagaimana
pernyataan al-Zahabi mengutip penuturan Imam as-Syafi’i “ Tidak dapat dipastikan
tafsir tersebut berasal dari Ibn Abbas kecuali beberapa hadis yang jumlah nya
kurang lebih 100 buah”.
Adapun sebab
keunggulan dan kemasyhurannya dibidang tafsir, menurut sebagian ulama, yaitu :[9]
1.
Doa
Rasulullah untuk Ibn Abbas, Allahumma allimhu al-Kitab wal hikmah, dalam
riwayat lain Allahumma faqqihhu fi al-Din wa allimhu al-Ta’wil.
2.
Masa
pertumbuhannya di kediaman Nabi Saw sehingga banyak mendengar dari Nabi, serta
menyaksikan berbagai peristiwa yang terkait nuzul al-Qur’an.
3.
Hubungan
beliau dengan sahabar besar setelah nabi wafat, banyak dari mereka
meriwayatkan, memahami nuzul al-Qur’an, asbab al-Nuzul, dan hal yang
terkait dengan al-Qur’an.
4.
Memahami
bahasa Arab, ilmu gharib, adab, khasais dan asalib nya.
Al-Fairuzabadi hidup semasa dengan
jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuthi penulis tafsir al-Jalalain dan juga muhaddis.
Tafsir Tanwir al-Miqbas dinilai lemah oleh ulama karena jalur
sanadnya. Ditinjau dari metode yang digunakan dalam kitab tafsir Tanwir
al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas, yaitu metode ijmali, dan bentuknya
tergolong bi al-Ma’tsur dan jika dilihat corak tafsir nya, sulit
ditentukan secara pasti karena orientasi dan wacana mufassirnya kurang begitu
tampak, hal ini karena awal orientasi Fairuzabadi adalah menyandarkan
keseluruhan pendapat pada riwayat Ibn Abbas saja, bukan hendak mengedapankan
sisi kebahasaannya, ayat hukumnya, ilmu kalamnya, dan lainnya.[10]
Tentang penyandaran riwayat dalam
tafsirnya, berdasarkan penilaian ulama dalam mengutip riwayat Ibn Abbas jalurnya
lemah karena sanadnya disandarkan kepada al-Kalbi dari Abi Shalih yang dinilai
lemah, padahal masih ada jalur lain yang lebih baik yang dipegang ulama
seperti, Qais bin Muslim al-Kufi dari Atha’bin al-Saib dari Said Ibn Jubair
dari Ibn Abbas. Dalam kitab tafsirnya, pada setiap awal penafsiran dimulai
dengan ungkapan wa bi isnadihi an ibn Abbas artinya penafsiran yang
disampaikan tersebut disandarkan pada sanad yang telah tertera pada muqaddimah
tafsir, yaitu riwayat Abd Allah al-Siqah bin al-Ma’mun, dari Abu Abd Allah,
dari Abu Ubaid Allah Mahmud bin Muhammad al-Razi dari Ammar bin Abd al-Majid
al-Harawi, dari Ali bin Ishaq al-Samarqandhi dari Muhammad bin Marwan, dari
Kalbi dari Abu Shalih, dari Ibn Abbas.
D.
Contoh Penafsiran
Surat al-Qadr : 1-5
!$¯RÎ) çm»oYø9t“Rr& ’Îû Ï's#ø‹s9 Í‘ô‰s)ø9$# ÇÊÈ !$tBur y71u‘÷Šr& $tB ä's#ø‹s9 Í‘ô‰s)ø9$# ÇËÈ ä's#ø‹s9 Í‘ô‰s)ø9$# ׎öy{ ô`ÏiB É#ø9r& 9öky ÇÌÈ ãA¨”t\s? èps3Í´¯»n=yJø9$# ßyr”9$#ur $pkŽÏù ÈbøŒÎ*Î/ NÍkÍh5u‘ `ÏiB Èe@ä. 9öDr& ÇÍÈ íO»n=y™ }‘Ïd 4Ó®Lym Æìn=ôÜtB Ìôfxÿø9$# ÇÎÈ
Artinya : Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar.
Surat yang didalamnya disebutkan tentang al-Qadr,
dan surat tersebut tegolong dalam Makkiyah yang terdiri dari lima ayat, dan
terdiri dari 30 kata. dan huruf nya tediri dari 120.
Dari
sanad Ibn Abbas dalam ayat nya inna anzalnahu Allah menurunkan al-Qur’an
dengan perantara Jibril jumlah wahidah ke sama’ dunya.fi lailah
al-qadar pada malam hukum/al-qadha’u dapat dikatakan juga malam yang
penuh dengan berkah dengan pengampunan dan rahmat Nya kemudian diturunkan
setelah nya kepada Nabi Saw secara berangsur-angsur Wa ma adraaka wahai
Muhammad pemuliaan pada malam tersebut (lailatul qadar) Ma lailah al-qadr
apa yang dimuliakan pada malam lailatul qadar lailatul qadri khairun min
alfi syahrin dikatakan amal pada malam lailatul qadar lebih baik dari amal
selama seribu bulan yang tidak terdapat malam lailatul qadar tanazzalul
malaaikatu wa al-Ruuh jibril bersama mereka fiiha malam lailatul
qadar bi idzni rabbihim dengan perintah Allah min kulli amrin salaam dikatakan
sejahtera kepada orang-orang yang berpuasa dan shalat dari umat Muhammad Saw
pada malam tersebut dan dikatakan dengan izin Allah yang mengatur semua urusan
dan dikatakan diselamatkan dari segala penyakit pada malam tersebut hiya dikatakan
fadhillah dan keberkahannya hatta mathla’i al-fajr yaitu sejahtera
sampai subuh/fajar.[11]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penafsiran
Ibn Abbas banyak dikutip oleh mufassir, demikian pula ulama yang menghimpun
secara khusus tafsirnya melalui jalur sanad. Masing-masing jalur periwayatan
yang disandarkan kepada Ibn Abbas ini memiliki kekuatan dan kelemahan, sehingga
ada yang benar-benar otentik dari Ibn Abbas dan ada pula yang tidak otentik
lagi. Serta jalur sanad yang digunakan dalam penafsiran kitab tafsir tersebut
melalui penyandaran yang lemah, yaitu dari al-Kalbi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasan Asy’ari, Jurnal Tanwir
al-Miqbas min tafsiri Ibn Abbas, Wahana Akademia.
Al-Fairuzabadi, Tanwir al-Miqbas
Min Tafsir Ibn Abbas, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1412 H.
Ali Hasan al-Aridh, Tarikh ‘Ilm
al-Tafsir wa Manhaj al-Mufassirun, terj.Ahmad Akrom, Jakarta: Grafindo
Persada, 1994.
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi
Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Bogor : Pustaka Litera Antarnusa.
Muhammad Hussain adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun,
Beirut: Dar al-Kutub al-Hadisah, 1976.
Syam al-Din Muhammad al-Dawudi, Thabaqat
al-Mufassirin, t.tp : Maktabah Wahbah Abidin, 1992.
[1] Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. (Bogor : Pustaka Litera
Antarnusa), 473
[2] Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, . . . 451
[3] Syam al-Din
Muhammad al-Dawudi, Thabaqat al-Mufassirin, (t.tp : Maktabah Wahbah
Abidin, 1992), juz 2, 274
[4] A. Hasan
Asy’ari, Jurnal Tanwir al-Miqbas min tafsiri Ibn Abbas, Wahana
Akademia,145
[5] Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, . . . 475
[6] Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, . . . 475
[7] Syam al-Din
Muhammad al-Dawudi, Thabaqat al-Mufassirin,. . . juz.II, 274-276
[8] A. Hasan
Asy’ari, Jurnal Tanwir al-Miqbas min tafsiri Ibn Abbas, Wahana Akademia,
147
[9]
Muhammad
Hussain adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun, (Beirut: Dar al-Kutub
al-Hadisah, 1976), juz 1, 65
[10]
Ali Hasan
al-Aridh, Tarikh ‘Ilm al-Tafsir wa Manhaj al-Mufassirun, terj.Ahmad
Akrom, (Jakarta: Grafindo Persada, 1994) 73-74
[11] Al-Fairuzabadi,
Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn Abbas, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1412 H), 654
Komentar
Posting Komentar